InfoMalangRaya.com—Warga Suriah menyambut bulan suci Ramadhan untuk pertama kalinya di luar bayang-bayang rezim keji Rezim Bashar al Assad, yang telah memerintah negara itu dengan cengkeraman keamanan ketat selama lebih dari setengah abad.
Untuk pertama kalinya shalat Tarawih pertama di Masjid Umayyah (Masjid Umawi) dimulai hari Jumat (28/2/2025) malam, menghadirkan suasana kegembiraan dan perayaan di berbagai tempat, meskipun adanya krisis ekonomi dan kehancuran yang meluas di negara itu, lapor Arabi21.com.
“كنا حاملين على أكتافنا عبئاً كبيراً لكن رمضان هذا مختلف”.. TRTعربي ترصد أول صلاة تراويح في الجامع الأموي في العاصمة السورية #دمشق pic.twitter.com/F3oJqvfNhu— TRT عربي (@TRTArabi) March 1, 2025
Dengan dicabutnya pembatasan yang diberlakukan oleh rezim sebelumnya terhadap kegiatan keagamaan, masjid-masjid di berbagai kota Suriah menyaksikan kampanye pembersihan dan pemeliharaan guna menyambut jamaah di bulan Ramadhan.
Masjid-masjid berhias dengan tampilan baru. Banyak warga yang turut berpartisipasi dalam upaya pemulihan masjid yang rusak akibat perang, dan rehabilitasinya agar bisa digunakan untuk shalat Tarawih dan pengajian.
Masjid Umayyah atau Masjid Umawi di Damaskus merupakan salah satu masjid paling menonjol, karena pekerjaan pemeliharaan, restorasi, dan rehabilitasi fasilitasnya terus dipercepat menjelang bulan puasa.
Masjid, yang telah menjadi tujuan pengunjung setelah jatuhnya rezim Bashar, juga dilengkapi dengan karpet mewah, yang diproduksi di kota Gaziantep di Turki selatan dan dibawa ke Damaskus setelah biayanya dibayar oleh Kementerian Wakaf Suriah.
Organisasi nirlaba HAND mengawasi pekerjaan pemeliharaan ekstensif di Masjid Umayyah, termasuk memasang karpet di bagian dalam masjid, merehabilitasi ruangan-ruangan yang melayani masjid, dan mendukung jaringan listrik.
Laporan menyebutkan bagaimana Rezim Bashar mengabaikan masjid bersejarah ini dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini karena terlihat banyak ruangan di dalamnya diubah menjadi tempat penyimpanan besi tua, limbah, dan material yang tidak ada, selain penutupan banyak fasilitasnya untuk jamaah dan pengunjung.
Masjid Umayyah atau dikenal Masjid Agung Damaskus, merupakan masjid tertua dan terbesar di dunia. Masjid ini merupakan peninggalan Bani Umayyah di Damaskus, yang menjadi salah satu simbol masa kejayaan peradaban umat Islam.
Salah satu yang membangun masjid di Damaskus adalah Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik, yang memerintah sejak tahun 705 hingga 715.
Selain Masjid Umawi, banyak masjid juga mengalami pekerjaan pemeliharaan serupa. Di Homs, karpet masjid milik sahabat Khalid bin Al-Walid diganti, dan lampu ditambahkan sebagai bagian dari persiapan menjelang bulan Ramadhan.
Di Aleppo, kampanye “Rumah Tuhan Adalah Rumah Kita” diluncurkan dengan tujuan membersihkan masjid-masjid di lingkungan provinsi tersebut sebagai persiapan untuk bulan puasa pertama, setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad akhir tahun lalu.
Dalam wawancaranya dengan Arabi21, Bakri Iyad memuji suasana Ramadhan dan ceramah-ceramah yang mulai aktif pasca tumbangnya rezim tersebut, “jauh dari khotbah-khotbah yang biasa dikumandangkan oleh banyak syekh setiap tahunnya,” seperti yang ia katakan.
Ia menunjuk pada papan reklame bergerak di Aleppo yang bertuliskan “Ramadhan Kareem,” dan menganggapnya sebagai “yang pertama” di kota yang terbebas dari cengkeraman kekuasaan keji Bashar al Assad, dua hari setelah dimulainya operasi militer yang dilancarkan oleh faksi-faksi dari Idlib pada akhir November lalu.
Jalanan Aleppo kosong dari pasukan rezim terguling dan milisi setianya, dahulu sudah terbiasa tidak menghormati suasana Ramadhan bahkan melecehkan warga, selain juga melontarkan hinaan terhadap Allah, menurut Iyad.
Sekarang warga bisa dengan tenang beribadah tanpa ada pelecehan dan rasa ketakutan. “Yang menggembirakan sekarang adalah shalat kita menjadi lebih nyaman dan kita beribadah secara terbuka. Tidak ada lagi yang mengancam kita jika kita terlambat shalat Tarawih, ” ujar Maryam Arabi.
Suriah tengah menyaksikan banyak krisis akibat perang bertahun-tahun yang telah menjerumuskan negara tersebut selama lebih dari satu dekade oleh rezim yang digulingkan, dan warga Suriah menderita kekurangan upah yang parah, karena gaji karyawan rata-rata berkisar antara 40 dan 50 dolar per bulan.
Meskipun terjadi krisis ekonomi, pasar-pasar di Suriah mulai ramai dikunjungi warga menjelang bulan Ramadhan. Para pedagang kembali membuka lapak dan memajang produk-produk Ramadhan tradisional seperti kurma, kacang-kacangan, dan jus.
Turunnya harga-harga di pasar pasca tumbangnya rezim, menyusul pencabutan pungutan-pungutan yang dikenakan oleh tentara rezim terguling di pos-pos pemeriksaan, menjadi salah satu faktor membaiknya daya beli sebagian besar warga Suriah, yang terlihat di pasar-pasar menjelang Ramadhan 2025.
Menurut Maryam Arabi, yang merupakan warga Kota Tua Damaskus. perbedaan terbesar yang disaksikan negara tersebut pada Ramadhan pertama setelah jatuhnya Assad adalah “kehadiran sebagian besar keluarga yang bersiap menyambut bulan suci tersebut bersama anak-anak mereka yang kembali ke tanah air setelah bertahun-tahun mengalami tirani, dan kehadiran mereka di meja makan saat berbuka puasa.”
“Masyarakat Syam, meskipun mereka kekurangan sumber daya dan baru saja bangkit dari tirani dan ketidakadilan, menyambut Ramadhan dengan penuh kerinduan,” ujarnya kepada Arabi21.*