Peran Keluarga dalam Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Sebagai seorang ibu, Tasya Kamila menyadari pentingnya peran keluarga dalam mencegah penyebaran penyakit demam berdarah dengue. Ia menekankan bahwa menjaga anak-anak dari ancaman penyakit ini adalah tanggung jawab dan bagian dari tugas orang tua. Dalam acara yang diadakan oleh PT Takeda Innovative Medicines, ia menyampaikan pesan penting untuk masyarakat agar lebih peduli terhadap lingkungan dan mengambil langkah-langkah pencegahan.
Tasya mengajak masyarakat untuk membersihkan tempat penampungan air, memastikan anak cukup istirahat dan gizi, serta mencari tahu upaya pencegahan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Ia percaya bahwa jika semua orang bergerak bersama, kasus akibat virus dengue dapat terus ditekan. “Jangan sampai anak-anak kehilangan masa kecil mereka hanya karena kita lalai,” ujarnya.
Pengalaman pribadi sebagai orang tua membuat Tasya sangat khawatir tentang risiko dengue bagi anak-anaknya. Ia mengatakan bahwa dengue adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti, karena bahayanya dan ketidakpastian kapan atau dari mana virus itu datang. Ia juga menyebutkan bahwa banyak orang yang merasa sehat namun ternyata terinfeksi tanpa sadar, sehingga bisa menjadi sumber penularan tidak langsung.
Menurut Tasya, banyak orang tua belum menyadari bahwa anak-anak justru paling rentan mengalami dampak serius jika terinfeksi. Data menunjukkan bahwa angka kematian akibat dengue tertinggi justru terjadi pada anak-anak dan remaja. Ini bukan hanya soal data kesehatan, tetapi juga nyawa anak-anak kita. Sebagai orang tua, kita harus proaktif dalam melindungi mereka.
Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan talk show Cegah DBD bertajuk “Science Heroes – Pahlawan Cilik Cegah DBD” pada 26–27 Juli 2025. Acara ini bertujuan mengedukasi orang tua dan keluarga mengenai bahaya dengue dan pentingnya pencegahan secara menyeluruh untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang mengancam nyawa seperti dengue.
Data global menunjukkan bahwa selama 30 tahun, anak-anak memiliki insiden dengue yang lebih tinggi dan Disability-Adjusted Life Years (DALYs) dari seluruh populasi. Indonesia sendiri merupakan negara dengan beban DALYs tertinggi akibat dengue pada tahun 2021. Selain itu, data Kementerian Kesehatan mencatat dalam tiga tahun terakhir (2021-2024), kelompok yang paling rentan terhadap infeksi dengue adalah mereka yang berusia 15-44 tahun. Sedangkan kasus kematian akibat dengue dalam tujuh tahun terakhir tertinggi terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5-14 tahun.
Dokter Spesialis Anak – Konsultan Neurologi Atilla Dewanti menjelaskan bahwa dengue bukan penyakit musiman. Virusnya ada sepanjang tahun dan bisa menyerang siapa saja, di mana saja, tanpa memandang usia atau gaya hidupnya. Gejalanya bisa mirip flu, yaitu demam tinggi mendadak, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, hingga ruam di kulit. Jika tidak dikenali dan ditangani sejak awal, dengue bisa berkembang menjadi dengue shock syndrome (DSS), kondisi serius yang bisa berujung fatal.
Atilla menambahkan bahwa seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali karena virus dengue memiliki empat serotipe berbeda. Artinya, saat seseorang sembuh dari satu jenis virus dengue, dia hanya kebal terhadap serotipe itu saja. Jika nanti terinfeksi dengan serotipe lain, risikonya justru bisa lebih berat.
Sayangnya, sampai saat ini belum ada obat khusus untuk mengobati dengue. Pengobatan lebih kepada meredakan gejala. Untuk itu, langkah-langkah pencegahan seperti 3M Plus dan vaksinasi menjadi penting. Vaksinasi dengue telah direkomendasikan penggunaannya, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Namun, untuk mendapatkan perlindungan optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis sesuai yang dianjurkan oleh dokter.
Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht menyampaikan bahwa keterlibatan Takeda merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam upaya pencegahan dengue yang berkelanjutan, terutama untuk melindungi anak-anak, kelompok paling rentan terhadap dampak serius dengue. Ia menekankan bahwa setiap anak berhak tumbuh sehat, aman, dan bebas dari ancaman penyakit yang dapat dicegah seperti dengue.
Gutknecht menambahkan bahwa setiap tahun, ribuan keluarga di Indonesia harus menghadapi kenyataan pahit akibat dengue. Dan yang paling menyayat hati adalah ketika anak-anak menjadi korbannya. Ia menekankan bahwa edukasi berkelanjutan yang dapat menjangkau keluarga secara langsung menjadi salah satu cara pencegahan yang bisa dilakukan. Ia berkomitmen timnya akan menjadi mitra jangka panjang dengan para pemangku kepentingan untuk mewujudkan tujuan bersama: Nol Kematian Akibat Dengue pada tahun 2030.