InfoMalangRaya.comโBelum lama ini Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengakui peningkatan penderita diabetes di Tanah Air. Berdasarkan data Kemenkes 2023, ย sebanyak 13% atau 35 juta dari 270 masyarakat Indonesia yang menderita diabetes.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sampai saat ini, diabetes melitus atau disebut penyakit kencing manis, masih menjadi salah satu di antara beberapa penyakit penyebab kematian terbesar di Indonesia. Kementerian Kesehatan menyebutkan diabetes melitus sebagai salah satu pembunuh senyap atau silent killer.
Penyakit yang memiliki kompleksitas cukup tinggi ini mengakibatkan proses pengobatan yang juga kompleks dan berbiaya mahal. Beberapa obat diabetes melitus memiliki harga yang tidak murah.
Belum lama ini, mahasiswa Fakultan Kedokteran dan Kesehatan (FKK) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Razandinta Tafshiilaa Lubna, berhasil menemukan inovasi makanan yang dapat menjadi alternatif untuk dikonsumsi oleh pengidap diabetes melitus.
Razandinta Tafshiilaa Lubna (kanan) didampingi dosen pembimbing penelitian dr. Resna Murti Wibowo, Sp.PD., FINASIM, M.Kes., (kiri)/ laman umj
Dinta, sapaan akrabnya, menemukan formula tempe yang dibuat dari tiga jenis kacang-kacangan yaitu kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah yang kemudian disingkat menjadi himetan. โPrinsipnya apa yang dimakan menjadi obat. Jadi bukan percobaan ke manusia tapi seberapa manfaat makanan ini kepada manusia apabila dimakan?โ kata dosen pembimbing penelitian dr. Resna Murti Wibowo, Sp.PD.
Tempe himetan masuk ke dalam kategori food and biotechnology yang bisa dimakan oleh siapa saja, ujar dr Resna. ย
Dikutip laman UMJ, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan manfaat tempe himetan dengan obat-obatan diabetes melitus. Sebelumnya percobaan in vivo pada mencit atau tikus menunjukkan bahwa tempe himetan memiliki efek yang baik dan signifikan.
Kemudian penelitian berlanjut secara in sillico, diuji coba lagi dengan membandingkan senyawa protein yang terkandung dalam tempe himetan.
Pada 2023 penelitian dilakukan untuk membandingkan tempe dan akar bos yaitu obat yang sifatnya mengikat gula. Biasanya pengidap diabetes melitus mengonsumsi obat ini secara langsung setelah makan.
Dampaknya gula diikat oleh kandungan akar bos dan tidak masuk ke dalam darah, kemudian keluar melalui feses. Efek samping yang dihasilkan adalah flatus (kentut) yang sangat berbau.
โTernyata pada saat cek secara in silico, tempe himetan ini memiliki efek yang hampir sama dan setara dengan akar bos. Maka kalau setara secara in silico, artinya kita dapat menggunakan tempe himetan sebagai pengganti akar bos,โ ujar Resna.
โTempe himetan menjadi obat. Pengidap diabetes melitus tidak perlu makan akar bos, makan saja tempe himetan yang dari segi harga jauh lebih murah,โ kata Resna.
Sementara itu penelitian kedua yang dilakukan pada 2023, Dinta menghasilkan alur hilirisasi tempe himetan menjadi sebuah produk. Dalam alur hilirisasi yang digambarkan, temuan Dinta dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan menjadi salah satu sumber kekayaan karena ketersediaan kacang yang sangat banyak di Indonesia dan manfaat yang luar biasa. Penelitian ini mendapat medali emas pada ajang WSEEC 2023 di Universitas Pancasila.
Penelitian ketiga pada 2023 dilakukan dengan membandingkan tempe himetan dengan obat golongan sitagliptin. Obat tersebut digunakan pada pengidap diabetes melitus tipe 2 yang harganya cukup mahal.
Dinta melakukan penelitian secara in sillico dan menunjukkan bahwa tempe memiliki efek yang sama dengan sitagliptin. โArtinya tempe bisa menjadi pengganti sitagliptin dan biayanya jauh lebih hemat. Makan tempe berefek pada perbaikan kadar gula darah,โ tambah Resna.
Penelitian ini telah dilakukan sejak ia masih duduk di kelas 2 SMA pada 2018 silam. Kesukaannya akan tempe menjadi salah satu dorongan bagi Dinta belajar membuat tempe sekaligus mempelajari kandungan gizi dan manfaat dari tempe.
Jenis kacang-kacangan yang mudah ditemukan dan ketersediaan yang cukup banyak di Indonesia menjadi potensi dan peluang untuk memproduksi tempe.
Tidak hanya membuat tempe dari satu jenis kacang, Dinta mencampurkan ketiga jenis kacang yang diklaim memiliki manfaat mengurangi kadar glukosa darah.
โDari berbagai literatur itu maka saya berpikir, kenapa tidak dicampur saja 3 jenis kacang ini menjadi sebuah tempe? Saya rasa mungkin bagus dalam mengurangi kadar gula darah,โ ungkap Dinta.
Sebelum menemukan formulasi tempe himetan, Dinta terlebih dahulu membuat tempe dari satu jenis kacang. Selain kacang hijau, kacang merah, dan kacang tanah, Dinta mengaku pernah mencoba membuat tempe dari petai China, namun hasilnya tidak memuaskan.
Dinta meyakini penampilan sebuah makanan menjadi nilai selain dari rasanya yang enak. Dinta mengaku mulai berani mengklaim bahwa tempe himetan bermanfaat menjadi alternatif makanan pengidap diabetes setelah ia melakukan percobaan awal yang dilakukan pada mencit atau tikus di sebuah laboratorium.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tikus yang sudah diinjeksi dengan glukosa kemudian diberikan ekstrak tempe menunjukkan signifikansi yang baik dari segi kadar gula.
โMaka dari itu saya berani bilang tempe himetan memiliki efek untuk menurunkan kadar gula darah setelah hasil laboratorium itu keluar,โ katanya.
Potensi Dinta dalam melakukan penelitian terlihat oleh guru mata pelajaran Kimia pada saat SMA. Sejak saat itu, Dinta dibimbing untuk mengikuti perlombaan.
Penelitian tempe himetan ini pun berlanjut saat menjadi mahasiswa FKK UMJ.ย Formula dan inovasi tempe miliknya ini sudah mendapat medali dari berbagai kejuaraan internasional.
Kemampuan Dinta diakui dosen pembimbing selama meneliti tempe himetan di FKK UMJ yaitu dr. Resna Murti Wibowo, Sp.PD., FINASIM, M.Kes. Ia menilai Dinta memiliki potensi dan kemampuan di atas rata-rata mahasiswa FKK UMJ pada umumnya karena tidak hanya fokus menyelesaikan studi tapi juga mengarah untuk menjadi peneliti dan cendekiawan.
Penemuan Dinta ini dinilai Resna sebagai bagian dari jihad karena berupaya membuktikan khasiat sebuah makanan secara ilmiah.
โKalau obat-obatan herbal itu kebanyakan bukti empiris. Target penelitian ini menegakkan secara bukti ilmiah. Pada saat kita membenarkan secara bukti ilmiah, itu jalan jihad,โ kata dokter yang tergabung dalam Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Herbal Medis Indonesia (PDHMI).
Berdasarkan hasil penelitian, Resna mengatakan bahwa tempe himetan ini dapat disebut sebagai obat herbal. Sebagaimana konsep obat herbal yaitu apa yang dimakan adalah obat dan obat adalah sesuatu yang dimakan.
Maka Resna menyimpulkan tempe himetan sudah terbukti secara obat herbal. Lebih lanjut, Resna menjelaskan bahwa penelitian ini dapat dilanjutkan untuk menguji kandungan anti kolesterol, anti kanker, dan sebagainya.
Selain menjadi makanan yang tergolong dalam struktur gizi, tempe himetan ini juga sudah dapat dilakukan ekstraksi untuk menjadi obat dan menjadi alternatif obat diabetes melitus tipe 2 yang jauh lebih murah.
Resna menegaskan karena biaya pengobatan diabetes mahal, tempe himetan bisa menjadi alternatif pengobatan yang murah. โJadi kita cari alternatif lain yang nyaman untuk pasien. Intinya pasien diabetes melitus harus dibuat nyaman. Kita harus bersahabat pada pasien diabetes melitus. Salah satunya dengan makanan seperti tempe himetan ini yang jauh lebih murah dan mudah dikonsumsi,โ ungkapnya.
Penelitan Dinta telah menghasilkan pengakuan internasional. Dinta pernah meraih meraih medali emas dalam Internasional Science Invention Fair di Denpasar, medali perak dalam Internasional Young Scientist Innovation Exhibition di Mandarin Malaysia pada 2019, medali emas dalam Indonesian Invention and Innovation Promotion Association di Taman Mini Jakarta pada 2019 (Special Award from Malaysia), finalis dalam Science Project Award di UNS 2019, medali Perunggu dalam Thailand Inventorโs Day 2023, dan medali emas dalam WSEEC 2023 di Universitas Pancasila Jakarta, Best Poster Award IYSA Grand Award.
Yang terakhir meraih medali perak dalam ajang Indonesia Inventors Day (IID) 2023 yang digelar di Universitas Udayana, Bali, 16-19 September 2023.*