InfoMalangRaya.com– Empat tentara wanita mengajukan gugatan class action terhadap militer Australia dengan tuduhan mulai dari diskriminasi hingga pelecehan dan kejahatan seksual.
Keempat penggugat itu namanya tidak disebutkan. Mereka mengklaim mengalami sejumlah kekerasan seksual, diantaranya, didorong dan dihimpit ke dinding kemudian diraba-raba tubuhnya, serta terbangun dalam keadaan telanjang dan tubuhnya memar-memar setelah sebelumnya berpesta bersama sejumlah tentara pria.
Para pengacara mengatakan bahwa mereka memperkirakan ada ribuan tentara wanita lain yang akan bergabung dalam gugatan class action melawan Australian Defence Force (ADF) tersebut, yang diajukan ke Pengadilan Federal pada hari Jumat (24/10/2025), lansir BBC.
Semua wanita yang bertugas antara 12 November 2003 dan 25 Mei 2025 memenuhi syarat untuk bergabung dalam gugatan yang diajukan oleh firma hukum JGA Saddler tersebut.
Salah satu penggugat utama adalah seorang anggota angkatan udara yang merupakan salah satu dari dua wanita penghuni barak yang menampung 200 orang.
Dia mengaku menjadi sasaran komentar-komentar tajam dan pedas serta seksis, perbincangan yang tidak senonoh, serta diperlihatkan foto-foto pornografi yang tidak dimintanya.
Dia juga menuduh sersan atasannya mengatakan kepadanya bahwa “wanita tidak seharusnya dibayar sebanyak pria karena mereka tidak sekuat pria”.
Seorang penggugat lain, dari angkatan laut, mengklaim selama menjalani pelatihan mendapatkan komentar-komentar cabul dan sentuhan-sentuhan yang tidak diinginkannya. Dia juga mengklaim bahwa saat bertugas di luar negeri pernah dipeluk dan dicium paksa oleh koleganya.
Sebuah laporan tentang kematian di kalangan veteran Australia tahun lalul mengungkap bahwa sekitar 800 laporan serangan seksual dimasukkan di lingkungan ADF antara tahun 2019 dan 2024.
Laporan itu menyebutkan bahwa diperkirakan 60% kasus serangan seksual di lingkungan ADF tidak dilaporkan, sementara kenyataannya diduga jauh melebihi perkiraan.
Josh Aylward, salah satu pengacara di JGA Saddler, mengatakan bahwa seringkali ancaman bagi tentara wanita bukan di medan perang melainkan kekerasan seksual di lingkungan tempat kerja mereka.
“Mereka masuk tentara untuk membela negara mereka, bukan untuk menghadapi serangan dari sesama personel ADF setiap hari, sementara mereka menjalankan tugasnya,” kata Aylward.
Seorang juru bicara ADF mengakui ada hal yang masih perlu diperbaiki di lingkungan militer Australia, seraya menambahkan bahwa semua personel militer memiliki hak untuk dihormati dan layak mendapatkan pengalaman positif di tempat kerja mereka di ADF.*







