Infomalangraya – BATU – Salah satu petani asal Desa Bumiaji, Rakhmad Hardiyanto memutuskan menjadi petani pada tahun 2012 saat berusia 28 tahun. Ia memilih menjadi petani karena melihat peluang yang menjanjikan di bidang tersebut.
Pria yang kini berusia 38 tahun itu awalnya merupakan seorang karyawan swasta. Pada tahun 2012, saat itu ia melihat peluang yang menjanjikan di pertanian jambu kristal. “Karena dulu belum ada banyak saingan,“ ujar pria lulusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya itu.
Sesuai dengan dugaannya, ternyata di dunia pertanian sangat menjanjikan apabila manajemen pertaniannya benar. Di kebun dengan luas total sekitar 3-4 hektare, ia dan petani mitranya bisa memanen sekitar 2-3 kuintal jambu kristal setiap dua hari. Hardi dan timnya mengatur masa panen agar tak terjadi over supply hasil panen. “Kalau over nanti akan berpengaruh juga kepada harga,” katanya.
Saat ini untuk jambu kristal grade premium, setiap kilonya dihargai sekitar Rp 15 ribu. Sedangkan yang grade standar Rp 12,5 ribu. “Yang grade mini sekitar Rp 7.500,” katanya.
Terkait dengan petani milenial, ia mengungkapkan jika para petani milenial harus mempunyai mindset agropreneur atau berbisnis di dunia pertanian. Selain harus paham bagaimana cara merawat tanaman, harus juga bisa strategi marketing. “Jadi harus ada bedanya generasi petani sebelumnya, jangan hanya beda di umur,” jelasnya.
Mereka kata dia harus memiliki pola pikir bagaimana cara meningkatkan nilai jual produk. Selain itu harus membuka diri kepada teknologi contohnya seperti pemanfaatan media sosial untuk menjual hasil pertanian. “Harus berjejaring dengan petani lainnya dan tidak melupakan kearifan lokal,” katanya.
Terkait dengan generasi petani muda yang terus mengalami penurunan, menurutnya hal itu merupakan masalah yang cukup serius. Karena masyarakat juga semakin bertambah dan kebutuhan pangan meningkat. Salah satu cara yang bisa dicoba ialah dengan mengenalkan pada anak muda bahwa pertanian itu menguntungkan. (iza/lid)