Tujuh Tenaga Medis Diadili atas Kematian Diego Maradona

InfoMalangRaya.com– Seorang dokter bedah saraf dan enam tenaga medis lain diadili di Buenos Aires terkait kematian pesepakbola legendaris Argentina Diego Maradona.

Para penggemar bintang sepakbola itu, yang meninggal dunia dalam usia 60 tahun pada November 2020, berkumpul di ruang persidangan guna menuntut hukuman atas orang-orang yang mereka tuding bersalah atas kematian idolanya tersebut.

“Pembunuh! Pembunuh!” teriak mereka ketika satu dari tujuh terdakwa memasuki gedung pengadilan pada hari Selasa (11/3/2025) bersama pengacaranya. Di antara pengunjuk rasa ada yang membawa spanduk bertuliskan “Keadilan untuk Tuhan!”

Ketika tiba untuk menghadiri sesi pembukaan sidang, Fernando Burlando, seorang pengacara yang mewakili anak-anak perempuan Maradona, mengatakan kepada awak media bahwa di persidangan akan ditunjukkan bukti-bukti yang membuat “ngeri”.

“Hal yang terpenting adalah memahami bahwa mereka membunuh Diego … Apa yang mereka lakukan adalah pembunuhan,” kata Burlando.

Maradona ditemukan tidak bernyawa di rumahnya di dekat ibu kota Argentina pada 25 November 2020 akibat serangan jantung saat dalam masa pemulihan usai menjalani pembedahan yang dilakukan awal bulan itu guna mengatasi pendarahan di sekitar otaknya.

Kematian pesepakbola itu, yang dianggap sebagai kekayaan nasional Argentina, mengundang rasa duka yang mendalam dan meluas hingga ke mancanegara. Ribuan orang mendatangi istana kepresidenan Casa Rosada untuk menghadiri upacara kematian seorang pesepakbola yang terkenal karena kejeniusannya dalam olahraga, tetapi berpuluh tahun berjibaku mengatasi kecanduannya terhadap kokain dan alkohol.

“Olé, olé olé olé, Die-go, Die-go!” teriak para pelayat yang antre untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pahlawan sepakbola Argentina itu, lansir The Guardian.

Dukacita berubah menjadi kemarahan publik ketika muncul kabar bahwa kematian Maradona kemungkinan disebabkan oleh kelalaian pihak medis.

Pihak kejaksaan menuduh delapan anggota tim medis Maradona – tujuh di antaranya diadili pekan ini – gagal memberikan penanganan yang layak yang mungkin akan menjaganya tetap hidup selama menjalani pemulihan usai operasi otak.

Pihak kejaksaan menuduh tim medis itu justru mendesak supaya Maradona dirawat di rumah, keputusan yang terbukti “ceroboh” dan “sangat tidak layak”. Pesepakbola itu disebut pihak jaksa ditelantarkan sehingga mengalami “masa penderitaan yang berkepanjangan” sebelum kematiannya.

Para terdakwa, termasuk di antaranya dokter bedah saraf Leopoldo Luciano Luque, 44, dan psikiater Agustina Cosachov, 36, semuanya menolak dakwaan.

Vadim Mischanchuk, seorang pengacara untuk Cosachov, mengaku sangat optimistis kliennya akan dibebaskan dari dakwaan disebabkan tanggung jawabnya atas kesehatan mental dan bukan kesehatan fisik Maradona.

Mario Baudry, seorang pengacara untuk bekas istri Maradona, Verónica Ojeda, mengatakan Luque dan Cosachov sangat bertanggung jawab atas kematian Maradona.

Masing-masing terdakwa terancam hukuman penjara 8-25 tahun apabila dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan dengan disengaja, karena melakukan tindakan yang mereka ketahui bisa menyebabkan kematian Maradona.

Lebih dari 100 saksi, termasuk anggota keluarga Maradona dan para dokter yang pernah merawatnya selama bertahun-tahun, diperkirakan akan memberikan kesaksian di persidangan.

Warga pemukiman La Paternal di Buenos Aires, di mana Maradona dijuluki “El Pibe de Oro” (Anak Emas) sangat memperhatikan kasus itu.

“Semua masyarakat harus tahu … apa yang sesungguhnya terjadi, siapa yang menelantarkannya … dan siapapun yang bertanggung jawab harus menanggung akibatnya,” kata Hilda Pereira, seorang pensiunan. Maradona “tidak layak wafat dalam kematian seperti itu, sendirian,” kata wanita itu.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *