InfoMalangRaya.com– Manajer sebuah taman wisata di Prancis ditahan dengan tuduhan diskriminasi agama setelah beberapa anak Israel dilarang masuk, tindakan yang membuat marah kelompok-kelompok Yahudi.
Sejumlah anak Israel, berusia 8 sampai 16 tahun, sedang berlibur di Spanyol dan mereka melakukan reservasi pada hari Kamis (21/8/2025) untuk bermain di Tyrovol zipline adventure park di Porté-Puymorens, di selatan Prancis yang berbatasan dengan Spanyol di daerah Pegunungan Pyrenees, kata Kantor Kejaksaan Perpignan.
Menurut pihak kejaksaan, awalnya manajer tempat itu mengatakan kepada sejumlah orang bahwa wisatawan Israel itu dilarang masuk disebabkan “keyakinan pribadi” sebelum kemudian memberikan alasan berbeda kepada orang lain, lansir Associated Press Jumat (22/8/2025).
Sebuah pesan yang ditulis pada Rabu malam di akun media sosial taman bermain itu mengatakan bahwa pada hari Kamis tempat tersebut akan ditutup disebabkan badai dan pihak pengelola perlu melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan fasilitas.
Pihak pengelola mengatakan bahwa turis Israel itu tidak dapat berkunjung. Mereka lantas pergi ke tempat wisata lain di Prancis tanpa ada kendala, kata pihak kejaksaan, seraya menambahkan bahwa manajer tempat bermain itu merasa tidak melakukan kesalahan.
“Garis batas sudah dilanggar. Kami muak,” kata Perla Danan, presiden Representative Council of French Jewish Institutions untuk wilayah Languedoc-Roussillon.
“Bermula dengan grafiti, hinaan lalu serangan fisik, dan sekarang anak-anak berusia 8 sampai 16 tahun dilarang,” kata Danan. Perlakuan itu mengingatkannya pada papan peringatan “Yahudi dan anjing terlarang” semasa Holocaust. “Nilai-nilai bangsa Prancis sudah dilanggar,” imbuhnya.
Kelompok Jewish Observatory of France juga mengeluarkan pernyataan “kemarahan mendalam”.
“Diskriminasi semaccam itu, secara khusus menarget anak-anak berdasarkan kebangsaan dan asal mereka, merupakan tindakan yang sangat serius yang meremehkan prinsip-prinsip dasar republik ini,” kata organisasi Yahudi itu dalam pernyataan yang dirilis hari Jumat, seperti dilansir Associated Press.
Jean-Philippe Augé, wali kota Porté-Puymorens yang berpenduduk sekitar 100 jiwa, mengatakan “DNA masyarakat kami berdasarkan pada rasa persaudaraan dan saling berbagi.”
Dia mengatakan bahwa insiden semacam itu sangat mengejutkan bagi desanya.
Diskriminasi berdasarkan agama merupakan tindakan pidana dengan ancaman hukuman sampai tiga tahun penjara di Prancis.
Sejak serangan tentara Israel ke Gaza pada Oktober 2023 menyusul serangan Hamas, terjadi kenaikan insiden berkaitan dengan Yahudi, mulai serangan verbal hingga serangan fisik, membuat panik para pemimpin dan komunitas Yahudi di Prancis.
Bulan ini Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji akan menghukum tindak kebencian anti-Yahudi setelah sebuah pohon, peringatan kematian seorang pria Yahudi akibat tindak kekerasan pada 2006, belum lama ini ditumbangkan oleh tangan jahil.*




 
									 
					


