InfoMalangRaya.com – Turki secara resmi mengajukan permintaan untuk bergabung dengan kelompok negara BRICS, menurut Bloomberg pada Senin (02/09/2024).
Mengutip sejumlah narasumber, Bloomberg melaporkan Turki “berupaya memperluas pengaruh globalnya dan menjalin hubungan baru di luar sekutu-sekutu lamanya di Barat.”
Presiden Recep Tayyip Erdogan percaya “bahwa pusat geopolitik sedang bergerak menjauh dari negara-negara maju.”
Keinginan bergabung BRICS, menurut Erdogan, “mencerminkan harapan Turki untuk menjalin hubungan dengan semua pihak di dunia yang multipolar sambil memenuhi kewajibannya sebagai anggota NATO.”
Pada awal Juni, Menlu Turki Hakan Fidan memuji BRICS, menyebutnya sebagai alternatif yang baik untuk Uni Eropa.
Terhentinya upaya Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa semakin mendekatkan negara tersebut dengan BRICS.
Meski Turki telah lama menjadi anggota NATO, pembahasan untuk keanggotaan Uni Eropa terus menghadapi hambatan sejak dimulai pada tahun 2005. Turkiye telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan organisasi pendahulu Uni Eropa, EEC, pada tahun 1987.
“Turki mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS beberapa bulan yang lalu di tengah-tengah rasa frustasi karena kurangnya kemajuan dalam upaya mereka untuk bergabung dengan UE,” ujar narasumber kepada Bloomberg.
Setelah Rusia menjadi negara yang paling banyak dijatuhi sanksi di dunia setelah dimulainya perang di Ukraina pada tahun 2022, blok BRICS mulai secara serius mengupayakan penciptaan mata uang bersama untuk mendevaluasi perdagangan dan menghindari sanksi-sanksi Barat.
BRICS, awalnya hanya beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Pada tahun 2010, kelompok negara itu mulai menyertakan negara lain, seperti Mesir, Iran, UEA, dan Ethiopia.
Pada 26 Agustus lalu, melalui Duta Besar di Moskow, Otoritas Palestina menyampaikan rencananya mengajukan permohonan untuk bergabung dengan BRICS.
“Hal yang berbeda dan indah dari BRICS dibandingkan dengan Uni Eropa adalah bahwa BRICS mencakup semua peradaban dan ras. Jika ini bisa menjadi sedikit lebih institusional, ini akan menghasilkan manfaat yang serius,” kata Fidan pada awal Juni lalu.
Fidan mengkonfirmasi dalam sebuah wawancara di akhir bulan itu bahwa negaranya mungkin akan mengajukan permohonan untuk meningkatkan kemitraan dialog dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Erdogan juga menunjukkan ketertarikannya untuk bergabung dengan Dewan Kerjasama Shanghai (SCO) milik Tiongkok. Pada awal tahun ini, ia menghadiri pertemuan SCO di Kazakhstan.
“Kita tidak harus memilih antara Uni Eropa dan SCO seperti yang dikatakan beberapa orang. Sebaliknya, kita harus mengembangkan hubungan kita dengan kedua organisasi ini dan organisasi-organisasi lain secara win-win,” kata presiden Turki pada saat menghadiri pertemuan tersebut.
“Turkiye dapat menjadi negara yang kuat, makmur, bergengsi dan efektif jika meningkatkan hubungannya dengan Timur dan Barat secara bersamaan. Cara lain selain ini tidak akan menguntungkan Turkiye, tetapi akan merugikannya,” tambah Erdogan.*