InfoMalangRaya – Universitas Islam Malang (Unisma), menyelenggarakan Sarasehan Pendidikan Berbasis Budaya pada Senin (28/8/2023). Di gedung Pascasarjana Unisma dan diikuti oleh hampir seluruh akademisi Unisma.
Dalam kesempatan ini, Unisma menghadirkan Tubagus Dedi Suwendi Gumelar alias Miing. Sosok komedian sekaligus politikus yang begitu familiar di layar televisi.
Kegiatan sarasehan juga dikemas dengan sosialisasi jurnal internasional database e-journal proQuest central.
Rektor Unisma, Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si., berharap agar acara ini menjadi fondasi untuk kebangkitan Unisma kedua. Unisma saat ini berada pada milestone Entrepreneur University menuju World Class University.
“Maka dari itu, kita tidak penting mengembangkan yang negatif thinking. Kita harus terus berpositif thinking. Kebangkitan Unisma kedua adalah ekspansi ke berbagai negara dalam rangka kerja sama, kelas internasional, uji internasional,” ujar Prof Maskuri.
Pada acara ini juga dilakukan sosialisasi tentang jurnal internasional database e-Journal ProQuest Central. Dengan paparan cara penulisan jurnal internasional bereputasi kepada para dosen Unisma.
TUBAGUS Dedi Suwendi Gumelar alias Miing sosok komedian sekaligus politikus yang begitu familiar di layar televisi dalam paparanya di Unisma, Senin (28/8/2023). (Foto: Humas Unisma for InfoMalangRaya)Di satu sisi, Dedy Miing Gumelar ini memaparkan adanya keterkaitan budaya dengan pendidikan. Salah satunya, kata dia, karena pendidikan dan pengetahuan itu merupakan instrumen dari kebudayaan.
“Kalau boleh saya urai dari Prof. Koentjaraningrat, Bapak Antropolgi Indonesia, pertama bahasa, kedua pengetahuan, ketiga sosial organisasi, keempat teknologi sebagai syarat peradaban, kelima sistem ekonomi, keenam sistem religi, terakhir baru kesenian sebagai instrumen kebudayaan,” urainya.
Mantan anggota DPR tahun 2009 itu melanjutkan, budaya adalah hasil cipta rasa dan karya dalam bentuk yang bisa diraba. Baik dalam sistem ekonomi, politik, religi maupun kesenian.
Maka, ia mendorong perguruan tinggi sebagai bagian dari instansi pendidikan untuk melahirkan anak-anak yang tidak hanya cerdas secara kognitif melainkan juga emosional.
“Pendidikan dasar dimulai dari rumah, ibu berperan penting dalam mendidik kita mengenal banyak hal,” jelasnya.
Di samping itu, membangun paradigma bagi mahasiswa. Proses ini diharapkan tidak terbatas prodi, melainkan menggali wawasan sampai hinga di luar universitas.
Penting meluruskan paradigma dan cara pandang kita tentang makna kebudayaan.
“Yuk bangun kebudayaan baru, jadikan basis kebudayaan kita. Maka tepatlah Indonesia kalau mau maju lewat progam 2045 Indonesia Emas, karena Indonesia layak jadi negara super power dengan kekayaan kebudayaannya,”tandasnya. (M Abd Rahman Rozzi)
The post Unisma Hadirkan Miing dalam Sarasehan Pendidikan Berbasis Budaya appeared first on infomalangraya.com.