InfoMalangRaya – Langkah percepatan terus di lakukan Universitas Islam Malang (Unisma). Demi meningkatkan kapasitas kelembagaan dan juga tercapainya predikat entrepreneur university. Seiring dengan target Unisma menuju World Class University di tahun 2027 mendatang.
Terbaru, Unisma mengukuhkan dua guru besar perempuan. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Hj. Mahayu Woro Lestari, M.P., guru besar bidang Ilmu Hortikultura. Dan Prof. Dr. Hj. Dyah Werdiningsih, M.Pd. guru besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Rektor Unisma, Prof. H. Maskuri, M.Si., mengaku ikut berbahagia dalam pengukuhan dua guru besar ini.
“Alhamdulillah dengan nikmat yang luar biasa, kampus tercinta ini bisa menjadi seperti ini. Tentu tanpa kebersamaan semua percepatan dan juga pundi-pundi prestasi, tidak akan terus mengalir. Termasuk perihal percepatan guru besar ini,” ujarnya dalam pengukuhan yang berlangsung di Hall Gusdur, Gedung Ali bin Abi Tholib lantai 7 Unisma, Rabu (20/12/2023).
Dua guru besar tersebut, kata Rektor, bagian dari Srikandi-Srikandi hebat yang dimiliki Unisma. Tak hanya hebat, penelitian dan orasi ilmiah yang dilakukan sungguh luar biasa.
Dalam rilisnya, Prof. Mahayu Woro Lestari, melalui karya besar risetnya, menemukan satu jenis sayuran baru bernama tanaman Junggul. Uniknya, tanaman ini dianggap liar oleh kebanyakan orang. Terutama masyarakat perkotaan.
Dengan daya risetnya yang kreatif, Prof. Woro mengedukasi masyarakat bahwa tanaman yang dianggap mengganggu tanaman lainnya ini, ternyata bisa dikonsumsi. Dan yang mencengangkan, Junggul mengandung nilai gizi yang tinggi.
“Tanaman Junggul selama ini terlupakan. Padahal punya potensi untuk kesehatan,” katanya.
Tidak sulit menemukan tanaman ini. Terlebih di pedesaan. Junggul tumbuh dimanapun. Di pematang sawah atau ladang, kebun, pinggir jalan dan sebagainya. Sayangnya dianggap liar dan mengganggu. Istilah ilmu pertaniannya disebut gulma.
Karena itu sampai saat ini, yang membudidayakan belum ada. Padahal ada yang menjual di marketplace, harganya sekitar Rp7000 per 100 gram.
“Sebagian masyarakat desa sudah biasa mengkonsumsi sebagai lalapan atau sayur. Hanya di masyarakat kota yang tidak banyak mengetahui,” ujarnya.
Kurangnya pengetahuan tentang khasiat tanaman ini, membuat masyarakat acuh. Mereka cenderung mencabut dan membuang. Maka dengan hasil riset yang ditemukan Prof. Woro ini, diharapkan masyarakat semakin teredukasi.
Sedang Prof. Dyah Werdiningsih, menyampaikan orasinya yang berjudul: “Merawat Bumi Melalui Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) Berwawasan Ekoliterasi”.
“Judul tersebut merupakan refleksi pemikiran saya sebagai insan pembelajar, berdasarkan hasil penelitian bidang inovasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia,” kata perempuan kelahiran Blitar, 7 Januari 1969 itu.
Peningkatan ekoliterasi, lanjutnya, berpotensi sebagai solusi yang strategis, untuk berkontribusi dalam memecahkan persoalan rusaknya lingkungan hidup bagi bangsa Indonesia, bahkan dunia.
Dia berharap, hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulian, akan pentingnya dunia pendidikan dalam berkontribusi pada upaya meningkatkan pemahaman, kesadaran, sikap dan perilaku positif siswa, terhadap upaya pelestarian lingkungan
“Khususnya melalui pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus mendorong peningkatan upaya komprehensif untuk mengurangi risiko dari ancaman bagi keberlanjutan ekosistem global dan kehidupan manusia,” tandasnya ( M. Abd. Rahman Rozzi)
The post Universitas Islam Malang Kukuhkan Dua Guru Besar Perempuan appeared first on infomalangraya.com.