InfoMalangRaya – Gempa bumi dangkal yang terjadi di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur pada Jumat (22/3) masih menjadi perhatian publik. Pasalnya rangkaian gempa susulan masih terjadi, update per Senin (25/3) pukul 06.00 pagi, gempa susulan Bawean tercatat sebanyak 262 kali. Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Daryono, berdasarkan hasil monitoring Gempa Bawean frekuensi gempa susulan semakin jarang terjadi.
“Senin pagi 25 Maret 2024 pukul 6 WIB BMKG telah mencatat 262 rangkaian gempa Bawean,” keterangan Daryono yang dituliskan melalui akun X pribadinya, dikutip Senin (25/3). Lebih lanjut Daryono mengatakan frekuensi gempa susulan semakin berkurang. Dari sebelumnya Jumat (22/3) dalam satu jam bisa 19 kali gempa. Pada Minggu (24/3) sejam sekitar 1 gempa. Daryono juga mengungkap serangkaian gempa yang terjadi di Laut Jawa tersebut merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif. “Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa M6,5 yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Jawa. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip),” pungkas Daryono. Lantas Daryono juga mengungkap seberapa bahaya aktivitas sesar tua di Laut Jawa Utara Jatim yang menjadi penyebab Gempa Bawean tersebut. “Meski masih dalam perdebatan tentang residual stress, fakta bahwa zona stabil bisa terjadi gempa. Energi gempa dari super slow stress akumulasi. Jadi sulit mengatakan bahwa zona low seismicity jika ada suture (Meratus),” jelasnya. “Gempa Bawen adalah (termasuk) shallow jenis crustal earthquake di zona low seismicity,” imbuh Daryono. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Daryono menjelaskan jika wilayah Laut Jawa utara Jawa Timur merupakan kawasan rawan gempa. Hal tersebut didasarkan pada kondisi tektonik, sejarah gempa, dan aktivitas gempa terkini.
Dia pun meyakini bahwa gempa di Laut Jawa Utara Jatim bisa terulang kembali di masa mendatang. “Mengingat aktivitas gempa memiliki periode ulang, maka gempa kuat yang pernah terjadi pada masa lalu baik di Laut Jawa Utara Jawa Timur sangat mungkin dapat terjadi lagi di masa yang akan datang,” jelas Daryono. Oleh karenanya, ia mengimbau agar masyarakat yang dekat dengan kawasan gempa Laut Jawa Utara Jatim membangun rumah tahan gempa. Termasuk tugas pemerintah setempat untuk memberikan edukasi masyarakat seputar antisipasi terhadap gempa. “Mitigasi struktural yaitu upaya membangun bangunan tahan gempa dengan struktur kuat dan mitigasi non struktural dengan melakukan edukasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat harus terus ditingkatkan secara berkelanjutan,” pungkas Daryono.