Uzbekistan Gelar Referendum untuk Melanggengkan Jabatan Presiden Shavkat Mirziyoyev

NASIONAL231 Dilihat

InfoMalangRaya.com– Rakyat Uzbekistan diminta untuk memberikan suara dukungan terhadap amandemen konstitusi yang akan menjanjikan perlindungan sosial lebih besar sekaligus memperpanjang masa kekuasaan presiden saat ini Shavkat Mirziyoyev.
Tempat-tempat pemungutan suara dibuka hari Ahad (30/4/2023) mulai pukul 8 pagi waktu setempat dan dijadwalkan ditutup pada pukul 8 malam waktu setempat, menurut komisi pemilihan umum.
Apabila amandemen konstitusi disetujui, masa jabatan Presiden Shavkat Mirziyoyev akan direset menjadi nol – meskipun saat ini dia sudah memasuki periode kedua jabatannya sebagai presiden – dan memperpanjang masa jabatan presiden dari lima tahun menjadi tujuh tahun.
Dengan demikian, Shavkat Mirziyoyev yang saat ini berusia 65 tahun akan dapat berkuasa sampai 2040, sedangkan mandatnya akan berakhir dalam pemilihan yang dijadwalkan pada tahun 2026, lansir DW.
Akal-akalan untuk memperpanjang masa jabatan politik semacam ini pernah dilakukan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Mirziyoyev naik ke kursi kepresidenan pada 2016 setelah 13 tahun menjabat perdana menteri di bawah kepemimpinan Presiden Islam Karimov, yang meninggal pada tahun yang sama setelah berkuasa lebih dari seperempat abad. Mirziyoyev memenangkan masa jabatan kedua dengan dukungan 80% suara pada Oktober 2021.
Dia melakukan sejumlah perubahan di Uzbekistan seperti mempidanakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan menindak tegas praktik buruh paksa di perkebunan kapas. Pemerintahannya juga menghapus hukuman mati, memberikan hak yang lebih besar bagi orang yang berstatus tahanan kepolisian, memperbolehkan kepemilikan tanah non-pertanian, serta memberikan perlindungan dari penahanan paksa atau tanpa dasar hukum dan penahanan atau pemenjaraan tanpa batas waktu.
Sejumlah selebriti mendukung reformasi dan Presiden Mirziyoyev, serta referendum tersebut.
Meskipun demikian, para aktivis menyoroti pelanggaran hak yang masih merajalela di bawah kepemimpinannya, dan pemerintahan Mirziyoyev dinilai berusaha membungkam suara oposisi.
Aktivis HAM juga menuduh pihak berwenang menggunakan kekuatan mematikan sehingga menewaskan 21 orang selama demonstrasi tahun 2022.
Para wartawan di Uzbekistan menuduh  penyensoran merebak luas selama kampanye referendum.
Referendum akan dinyatakan sah hanya jika lebih dari setengah dari 19,7 juta pemilih Uzbekistan yang memenuhi syarat berpartisipasi. Hasil pemungutan suara awal diharapkan sudah bisa diketahui pada hari Senin besok.
Saat ini, Uzbekistan berusaha bangkit dari musim dingin yang penuh penderitaan di mana terjadi kelangkaan bahan bakar, kemiskinan dan korupsi yang merajalela.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *