Varian Stratus dan Perkembangannya di Indonesia
Meski penyakit virus corona (COVID-19) tidak lagi menjadi fokus utama berita, varian-varian baru tetap muncul dan memerlukan perhatian khusus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperbarui daftar varian yang sedang dipantau, atau disebut sebagai “variants under monitoring”. Varian ini membutuhkan pengawasan intensif karena potensi penyebarannya yang meningkat serta dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.
Salah satu varian yang saat ini sedang diamati adalah “Stratus”, yang memiliki dua subvarian yaitu XFG dan XFG.3. Di Indonesia, menurut laporan Kementerian Kesehatan RI pada 26 Juli 2025, varian XFG mendominasi sejak Mei hingga Juni 2025. Pada Mei, XFG mencapai 75 persen dari kasus positif, sementara pada Juni, angka ini naik menjadi 100 persen. Selain itu, varian XEN juga masih berkontribusi sebesar 25 persen.
Selain itu, tingkat positifitas (positivity rate) juga meningkat dari 3 persen menjadi 9 persen dalam beberapa minggu terakhir. Meskipun demikian, Kemenkes menyatakan bahwa varian dominan di Indonesia termasuk dalam kategori risiko rendah. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu panik, tetapi tetap harus menjaga protokol kesehatan seperti menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Apa Itu Varian Stratus?
Varian Stratus merupakan kombinasi dari dua garis keturunan virus, yaitu LF.7 dan LP.8.1.2. Dibandingkan dengan varian JN.1 yang sebelumnya lebih umum, Stratus memiliki mutasi berbeda pada bagian spike (duri) virus. Mutasi ini terjadi pada asam amino 478 dan 487, yang membuat varian ini lebih sulit dikenali oleh antibodi tubuh. Akibatnya, Stratus lebih mudah “menghindar” dari sistem kekebalan tubuh manusia.
Namun, meskipun memiliki kemampuan untuk menghindar dari antibodi, varian XFG tidak menempel kuat pada reseptor ACE2 manusia. Hal ini berarti kemampuannya untuk menginfeksi sel atau menyebar secara mandiri tidak sekuat varian lainnya. Namun, jika terjadi mutasi tambahan, potensi penyebarannya bisa meningkat.
Penyebaran Varian Stratus di Dunia
Varian Stratus telah mendominasi di India selama musim semi dan kini mulai menyebar ke berbagai belahan dunia. Organisasi GISAID, yang memantau penyebaran varian virus, melaporkan bahwa pada minggu terakhir bulan Mei, sebanyak 22,7 persen dari sampel COVID-19 yang dikirim berasal dari varian Stratus. Angka ini meningkat dari 7,4 persen empat minggu sebelumnya. Sampel-sampel tersebut berasal dari 38 negara berbeda.
Gejala yang Muncul Akibat Varian Stratus
Saat ini, data yang ada tidak menunjukkan bahwa varian Stratus menyebabkan penyakit yang lebih parah atau tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan varian lainnya, menurut WHO. Namun, dokter di India mencatat bahwa suara serak menjadi gejala umum pada pasien yang terinfeksi varian Stratus.
Gejala umum lainnya dari infeksi COVID-19 meliputi:
- Demam atau menggigil
- Batuk
- Sesak napas atau kesulitan bernapas
- Sakit tenggorokan
- Hidung tersumbat atau berair
- Kehilangan indra perasa atau penciuman yang baru
- Kelelahan
- Nyeri otot atau badan
- Sakit kepala
- Mual atau muntah
- Diare
Fakta Tentang Varian Baru: NB.1.8.1 dan Cara Mencegahnya
Selain varian Stratus, ada pula varian baru yang disebut NB.1.8.1. Meskipun informasi tentang varian ini masih terbatas, masyarakat disarankan untuk tetap waspada dan mengikuti anjuran pemerintah terkait protokol kesehatan. Beberapa langkah pencegahan yang efektif antara lain:
- Menggunakan masker saat berada di tempat umum
- Menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer
- Menghindari kerumunan dan menjaga jarak fisik
- Memastikan vaksinasi lengkap dan booster sesuai rekomendasi
- Melakukan tes PCR atau antigen jika mengalami gejala tertentu
Dengan tetap waspada dan menjaga pola hidup sehat, masyarakat dapat mengurangi risiko penularan dan dampak negatif dari varian-varian baru yang terus berkembang.