InfoMalangRaya.com– Vatikan mengirim ke Bolivia buku harian milik seorang mendiang pendeta tersangka pencabulan anak-anak di negara Amerika Selatan itu.
Alfonso Pedrajas, seorang pendeta Jesuit yang diduga mengaku mencabuli puluhan anak di bawah umur di Bolivia sejak tahun 1970-an.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis hari Kamis (22/6/2023), Society of Jesus of Bolivia mengatakan buku harian itu dikirimkan kepada mereka oleh Vatican’s Dicastery for the Doctrine of Faith — yang menangani kasus-kasus kejahatan seksual oleh rohaniwan Katolik — dan kemudian buku itu diserahkan ke kantor kejaksaan di kota Cochabamba, di mana pencabulan-pencabulan oleh pendeta Alfonso Pedrajas terjadi.
Society of Jesus, sebutan lain kalangan Jesuit, mengatakan pihaknya akan meminta salinan dari buku harian yang ditulis oleh Pedrajas itu, yang meninggal pada tahun 2009, guna mengetahui isi lengkapnya. Pasalnya, hanya beberapa cuplikan saja dari buku itu yang dirilis pada bulan April oleh koran terkemuka Spanyol El Pais, yang pertama kali mewartakan perihal keberadaan buku harian itu.
Di dalam buku tersebut, konon, Pedrajas mengaku telah mencabuli 85 anak di bawah umur, kebanyakan di sekolah asrama di Cochabamba antara 1970-an dan 1990-an.
Buku harian itu tiba di Bolivia kurang dari satu pekan setelah Paus Fransiskus mengirimkan surat untuk Presiden Luis Arce, guna menyampaikan keprihatinannya dan dia mengatakan “kecewa” dengan banyaknya tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan oleh para pendeta. Di dalam surat itu Paus Fransiskus berjanji bahwa pihak gereja akan bekerja sama dengan aparat hukum Bolivia.
Beberapa hari setelah kasus Pedrajas mencuat ke publik, Paus Fransiskus dikabarkan mengirimkan seorang penyelidik unggulan Vatikan ahli dalam kasus kejahatan seksual ke Bolivia. Jordi Bertomeu, seorang pendeta asal Spanyol, sebelumnya pernah memimpin investigasi kasus kejahatan seksual yang dilakukan oleh para pendeta Katolik di Chile dan Paraguay.
Bertomeu berada di Bolivia selama dua hari dan tidak mengeluarkan pernyataan apapun kepada media. Gereja Katolik Bolivia mengklarifikasi bahwa kunjungan tersebut tidak terkait dengan skandal pedofilia tetapi telah direncanakan sebelumnya.
Sejauh ini, sedikitnya ada 12 investigasi yudisial yang dilakukan terhadap rohaniwan Katolik di Bolivia. Salah satunya sudah tuntas di pengadilan di mana seorang pendeta dijatuhi hukuman penjara 10 tahun dalam dakwaan pemerkosaan, kata Bolivian Episcopal Conference.
Dalam beberapa kasus, pendeta yang menjadi tersangka sudah meninggal dunia.*