Penanganan Skoliosis pada Anak: Pilihan Baru yang Lebih Efektif
Ketika anak-anak didiagnosis dengan skoliosis, orang tua sering menghadapi pilihan yang menantang. Dua opsi utama yang tersedia adalah terapi konservatif seperti penggunaan brace atau operasi fusi tulang belakang. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penggunaan brace membutuhkan alat kaku yang harus dikenakan hampir sepanjang hari, sehingga membatasi aktivitas fisik dan sosial anak. Sementara itu, operasi fusi tulang belakang adalah prosedur invasif yang menyatukan ruas-ruas tulang belakang, mengakibatkan hilangnya fleksibilitas dan mobilitas permanen.
Namun, kini muncul pilihan ketiga yang menawarkan solusi lebih baik, yaitu Vertebral Body Tethering (VBT). Berbeda dari dua metode sebelumnya, VBT merupakan prosedur bedah minimal invasif yang dirancang untuk meluruskan tulang belakang tanpa mengorbankan fleksibilitas. Teknik ini sangat ideal bagi anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan.
Apa Itu Skoliosis?
Skoliosis adalah kondisi di mana tulang belakang melengkung ke samping secara tidak normal. Kondisi ini biasanya terdeteksi sejak usia anak-anak atau remaja awal. Bayangkan tulang belakang sebagai sebuah tiang penyangga yang memberikan struktur dan kekuatan tubuh. Secara alami, tiang ini tidak lurus sempurna, tetapi memiliki kelokan lembut ke depan dan belakang agar tubuh bisa bergerak dengan fleksibel. Namun, pada skoliosis, kelokan tersebut berbelok ke samping, membentuk kurva yang tegas seperti huruf C atau S.
Beberapa kasus skoliosis hanya menunjukkan lengkungan ringan yang tidak menimbulkan masalah, sementara yang lain bisa sangat nyata hingga mengubah postur tubuh. Misalnya, satu bahu mungkin lebih tinggi daripada yang lain, atau pinggul terlihat lebih menonjol.
Ada tiga jenis utama skoliosis:
-
Skoliosis Idiopatik
Ini adalah jenis skoliosis yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini sering kali turun-temurun dalam keluarga. -
Skoliosis Kongenital
Jenis ini jarang terjadi dan disebabkan oleh ketidaksempurnaan pembentukan tulang belakang sejak lahir. Kondisi ini biasanya sudah terdeteksi sejak bayi baru lahir. -
Skoliosis Neuromuskular
Jenis ini muncul akibat kelemahan otot dan saraf yang bertugas menjaga keseimbangan tubuh. Anak-anak dengan kondisi seperti cerebral palsy, spina bifida, atau distrofi otot sering kali mengalami skoliosis.
Proses Bedah VBT
VBT adalah prosedur bedah minimal invasif yang memungkinkan tulang belakang anak dan remaja tetap tumbuh secara alami setelah operasi. Teknik ini melibatkan pemasangan anchor di sepanjang tulang belakang, yang kemudian dihubungkan dengan tali fleksibel atau tether. Saat anak tumbuh, tali ini bekerja untuk menyesuaikan kelengkungan dan menjaga keseimbangan tubuh.
Prosedur ini cocok untuk pasien dengan skoliosis idiopatik yang memiliki sudut kelengkungan antara 26–65 derajat. VBT sangat efektif bagi mereka yang masih dalam masa pertumbuhan, karena penggunaan brace saja tidak cukup untuk mencegah progresivitas skoliosis.
Keunggulan VBT untuk Pasien
Salah satu keunggulan utama VBT adalah kemampuannya untuk mengoreksi kelengkungan sekaligus mencegah progresivitas skoliosis. Dengan penggunaan tether yang fleksibel, tulang belakang dapat tumbuh selaras tanpa menjadi kaku. Selain itu, VBT bersifat permanen, sehingga pasien tidak perlu khawatir akan kambuhnya skoliosis di masa depan.
RS Pondok Indah Group menjadi salah satu institusi yang memperkenalkan teknik VBT di Indonesia. Teknik ini memberi harapan baru bagi pasien muda untuk tumbuh dan berkembang dengan lebih baik. Pasien tidak hanya mendapatkan solusi yang efektif, tetapi juga kesempatan untuk menjalani kehidupan aktif dan sehat tanpa batasan.
Salah satu kelebihan lain dari VBT adalah mobilisasi dini pascaoperasi. Pasien dapat bergerak lebih cepat setelah tindakan, karena tulang belakang tetap fleksibel. Karena prosedur ini minim invasif, risiko perdarahan lebih rendah dan waktu rawat inap lebih singkat, sehingga pemulihan berlangsung lebih cepat.
Selain itu, risiko komplikasi juga rendah, sehingga pasien dapat kembali ke rutinitas sehari-hari tanpa gangguan. Mereka juga dapat melakukan berbagai aktivitas seperti membungkuk, melompat, atau bergerak ke samping tanpa rasa sakit. Olahraga ringan tetap dapat dilakukan tanpa kendala.