InfoMalangRaya.com— Sebuah pemandangan tak biasa mewarnai upacara kelulusan Akademi Militer Suriah pada Selasa (1/7/2025), ketika lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema secara terbuka di hadapan ribuan tentara dan pejabat militer. Peristiwa ini menjadi momen simbolik penting yang belum pernah terjadi secara terang-terangan di era Presiden Bashar al-Assad sebelumnya.
Upacara kelulusan yang digelar di Akademi Militer Aleppo tersebut merayakan selesainya pelatihan militer bagi 3.000 anggota Divisi ke-76 Angkatan Darat Arab Suriah. Acara dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi militer dan tokoh sipil, termasuk Menteri Pertahanan Mayor Jenderal Insinyur Marhaf Abu Qasra.
في مشهد غير مألوف.. شهدت مدينة حلب افتتاح حفل تخريج دفعة جديدة من الجيش السوري بتلاوة آيات من القرآن الكريم، وهو ما لاقى ترحيبًا واسعًا بين السوريين الذين لم يعتادوا على مثل هذه المشاهد في عهد النظام الساقط.#يني_شفق #فيديو #سوريا pic.twitter.com/NmvMJRgZZ6— يني شفق العربية (@YeniSafakArabic) July 2, 2025
Dalam prosesi resmi, para lulusan mempersembahkan parade militer spektakuler yang mencakup aksi infanteri, kendaraan lapis baja, unjuk kekuatan helikopter dan drone, serta simulasi airdrop.
Namun, yang menjadi sorotan justru pembukaan acara dengan lantunan Al-Qur’an, yang menurut pengamat regional merupakan hal baru dalam protokol militer Suriah modern.
“Ini bukan hanya acara kelulusan. Lantunan ayat suci di depan formasi militer adalah pesan kuat bahwa fase baru sedang dimulai dalam tubuh tentara nasional,” ujar seorang analis politik Suriah kepada Al-Mayadeen, meminta identitasnya dirahasiakan.
Isyarat Perubahan Arah Politik dan Ideologi?
Dalam pidatonya, Menteri Pertahanan Marhaf Abu Qasra menyatakan bahwa kelulusan ini menjadi awal dari proses transformasi menyeluruh.
“Kelulusan angkatan baru ini menandai pembangunan struktur profesional, terorganisir, dan disiplin tinggi demi menciptakan tentara efisien yang mampu menjamin stabilitas dan keamanan Republik Arab Suriah,” ujarnya dikutip dari SANA News Agency.
Selain parade militer, para lulusan secara serempak mengucapkan sumpah setia kepada tanah air dan rakyat Suriah, disusul pemberian penghargaan kepada lulusan terbaik.
Namun, menurut laporan dari The Cradle dan Al-Akhbar, hadirnya pembacaan Al-Qur’an dalam acara militer skala nasional seperti ini dipandang sebagai indikasi reorientasi ideologis pasca-krisis, seiring dengan munculnya tekanan dari kelompok keagamaan dan upaya rekonsiliasi nasional.
“Selama lebih dari dua dekade, Suriah berada di bawah kendali rezim yang sangat sekuler. Agama dan militer dipisahkan secara ketat dalam simbol dan ekspresi publik. Kini, situasi berubah,” tulis Middle East Monitor dalam analisisnya.
Tentara Baru, Narasi Baru
Meskipun belum ada pernyataan resmi tentang perubahan kebijakan ideologis di tubuh militer, beberapa sumber menyebut bahwa kehadiran simbol-simbol keislaman dalam acara kenegaraan mulai diperlonggar sejak Suriah mulai membuka dialog politik internal pascakonflik berdarah yang berlangsung lebih dari satu dekade.
Laporan Syrian Observer menyebut bahwa penyebutan nilai-nilai keimanan kini semakin jamak diucapkan dalam pidato pejabat, terutama yang berkaitan dengan nasionalisme, pengorbanan, dan moralitas.
“Jika ini bukan perubahan rezim, maka ini adalah perubahan narasi,” tulis kolumnis Al-Jazeera Arabic menanggapi upacara kelulusan tersebut.
Munculnya bacaan Al-Qur’an dalam acara militer, selain menunjukkan rekonsiliasi simbolik dengan mayoritas Muslim Sunni, juga dapat dimaknai sebagai bentuk penguatan legitimasi moral di tengah upaya Suriah memulihkan citra nasional dan stabilitas internal.
Upacara kelulusan ini menandai bukan hanya regenerasi kekuatan militer Suriah, tetapi juga menjadi penanda bergesernya lanskap simbolik di negara yang selama ini dikenal sangat sentralistik dan sekuler.*