InfoMalangRaya.com—Dalam pertunjukan emosi yang luar biasa, para anggota Knesset ‘Israel’ keluar dari pertemuan rahasia sambil menangis. Ketenangan mereka hancur dan terusik oleh laporan lengkap tentang kerugian ‘Israel’ dalam perang melawang pejuang pembebasan Palestina di Gaza yang semakin meningkat.
Sebuah episode menyedihkan ini terjadi sebagai bagian dari perkembangan geopolitik yang lebih luas, ketika Yordania menarik duta besarnya dari Tel Aviv sebagai bentuk protes terhadap perang tersebut, dan ‘Israel’ membalasnya dengan cara di luar peri kemanusiaan.
50 anggota parlemen #Israel’ terguncang melihat remakan video mentah dr tubuh pejuang pembebasan #Palestina yang mereka dapatkan. Video keberhasilan “Operasi Taufan Al-Aqsha” ini membuat anggota Knesset menangis, sebagian ada yang pingsan dan butuh dukungan psikologis #Gaza pic.twitter.com/QiU4rajqiY— InfoMalangRaya.com (@hidcom) November 1, 2023
Pingsan, Butuh Dukungan Psikologis
Knesset, dalam pertemuan tertutup, memutar sebuah video berdurasi 43 menit yang mengungkapkan luas dan dalamnya keberhasilan yang dilakukan para pejuang Al-Qassam, sayap militer Hamas di Negev barat.
Rekaman tersebut, diambil dari berbagai instrumen – termasuk kamera tubuh pejuang Palestina, kamera dasbor korban, unggahan media sosial, dan video telepon – yang menggambarkan gambaran serangan multi-cabang Hamas pada tanggal 7 Oktober yang diberi tajuk “Operasi Taufan Al-Aqsha”.
Operasi yang telah memakan korban lebih dari 1.400 warga sipil ‘Israel’ dan mengakibatkan penculikan sedikitnya 230 orang yang saat ini masih ditawan Al-Qassam.
Para anggota parlemen yang berkumpul menjadi sasaran penggambaran teror tanpa filter, sebuah tindakan keras yang membuat banyak warga ‘Israel’ terguncang bahkan banyak yang menangis, kutip BNN Network.
Kompilasi video ini ditayangkan dalam pemutaran tertutup dan rahasia kepada pers asing, duta besar untuk ‘Israel’. Lebih dari 50 anggota parlemen hadir, beberapa di antaranya yang menangis, termasuk Ketua Ra’am Mansour Abbas, lapor media ‘Israel’ Maariv.
Sebuah video yang diunggah di Instagram oleh seorang jurnalis I24News menunjukkan adegan emosional dari anggota parlemen yang tampak putus asa dan menangis di lorong Knesset di luar ruang pemutaran film.
Para anggota parlemen, termasuk anggota partai berkuasa Likud dan Yesh Atid, terlihat sangat tertekan, beberapa dari mereka tidak dapat hadir selama pemeriksaan berlangsung, dan yang lainnya membutuhkan bantuan medis untuk mengatasi dampak psikologisnya.
Dampak video tersebut tidak hanya terbatas pada emosi. Hal ini memicu serangan panik, sehingga anggota parlemen pingsan dan membutuhkan dukungan psikologis.
Reaksi-reaksi tersebut mencerminkan banyaknya korban jiwa dalam serangan, sebuah pengingat akan keberhasilan yang dilakukan oleh pejuang pembebasan Palestin dan perlunya solusi jangka panjang.
Rekaman tersebut, yang merupakan bagian dari upaya yang lebih besar untuk membantah penyangkalan atau meremehkan keberhasilan Hamas, mengungkapkan keberhasilan kelompok tersebut terhadap keamanan ‘Israel’, sebuah serangan yang dilakukan di kibbutzim dan komunitas di dekat Gaza, serta kerugian dan kehancuran yang diakibatkan oleh masyarakat ‘Israel’.
Kompilasi rekaman mentah ibu mendokumentasikan amukan sayap militer Hamas yang mengerikan pada tanggal 7 Oktober di Negev barat. Video diputar hari Rabu (1/11/2023) untuk anggota Knesset.
Video berdurasi 43 menit ini diproduksi oleh Kantor Juru Bicara IDF dan menampilkan video tanpa sensor dan sulit ditonton, banyak yang diambil dari kamera tubuh milisi pembebasan Palestina.
Setelah ada permintaan dari Ketua Knesset Amir Ohana kepada pihak militer, anggota parlemen diberikan izin untuk mengadakan pemutaran rekaman secara tertutup dan tidak diperbolehkan menggunakan telepon genggam, tulis Time of Israel.
Ohana, berbicara sebelum pemutaran film, mengatakan bahwa dia telah mengatur acara tersebut agar anggota parlemen ‘Israel’ “mengetahui siapa dan apa yang kita hadapi,” dan agar mereka semua akan tahu seberapa besar jalan yang bisa mereka lalukan perang ini, menurut sumber yang mengetahui acara tersebut.
Drama kemanusiaan yang terjadi di jantung politik ‘Israel’ bukanlah peristiwa yang terjadi sendirian. Ini adalah bagian dari narasi geopolitik yang lebih besar di mana negara-negara mengubah posisi mereka di papan catur.
Yordania, sebagai tanda ketidaksetujuannya terhadap perang yang sedang berlangsung, menarik duta besarnya dari Tel Aviv. ‘Israel’ pun mengikuti jejaknya dengan meminta duta besarnya di Yordania untuk pergi.
Sementara itu, operasi melawan pasukan ‘Israel’ terus berlanjut, yang dipimpin Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas. Ketegangan yang meningkat ini, ditambah dengan dampak emosional yang dialami anggota parlemen ‘Israel’, menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan sebuah resolusi – gencatan senjata yang dapat menghentikan meningkatnya kekerasan dan menumbuhkan iklim yang kondusif bagi dialog diplomatik.*