Paduan Suara Mahasiswa UMTAS Resmi Melangkah dengan Konser Perdana
Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS), yang dikenal dengan nama Viva Voice, resmi melangkah ke panggung pertamanya melalui konser bertajuk Viva Concert. Ini adalah persembahan perdana dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara yang baru dibentuk. Konser ini diselenggarakan di Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya pada Minggu, 30 November 2025.
Konser ini menjadi momen penting bagi para mahasiswa lintas fakultas yang bergabung untuk menyalurkan kecintaan terhadap musik dan seni vokal dalam format yang lebih profesional. Dengan sekitar 60 anggota, konser ini menjadi tonggak sejarah karena sebelumnya Viva Voice lebih sering tampil di berbagai acara seremonial kampus. Melalui konser perdana ini, mereka ingin menghadirkan karya yang benar-benar dipersiapkan secara artistik dan terdokumentasi sebagai bagian dari portofolio UKM.
Latar Belakang dan Tujuan Konser Perdana
Ketua pelaksana, Agung Riwayat Munggaran, menjelaskan bahwa konser ini lahir dari kebutuhan untuk memperkenalkan paduan suara sebagai bentuk seni yang inklusif. Ia menegaskan bahwa paduan suara bukan hanya identik dengan gereja atau acara seremonial. Ia bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. “Kami ingin membuka ruang itu,” ujarnya.
Menurut Agung, konser pertama ini juga menjadi pembuktian bahwa mahasiswa UMTAS mampu melahirkan karya seni yang berkualitas meski dalam keterbatasan. Selain sebagai sarana aktualisasi, konser ini bertujuan:
- Menjadi wadah ekspresi seni mahasiswa melalui penampilan paduan suara yang terkonsep.
- Melestarikan dan memperkenalkan kekayaan lagu Nusantara.
- Menumbuhkan kebersamaan, kedisiplinan, dan kerja sama antaranggota.
- Memberikan pengalaman artistik bagi audiens.
- Meningkatkan eksistensi UKM Viva Voce sebagai duta seni kampus.
- Menginspirasi generasi muda agar mencintai seni paduan suara.
Tema, Repertoar, dan Proses Kreatif
Konser perdana ini mengusung tema “Swara Surya”, simbol dari cahaya, semangat, dan harapan dalam perjalanan seni mereka. Enam lagu dipilih untuk ditampilkan, seluruhnya merepresentasikan kekayaan musikal Nusantara: Rayuan Pulau Kelapa, Panon Hideung, Kala Sang Surya Tenggelam, Soleram, Selalu Ada di Nadimu, dan Paris Berantai. Pemilihan lagu tersebut disesuaikan dengan popularitas dan kemampuan teknik vokal para anggota pada masa persiapan.
Proses persiapan konser berlangsung selama tiga bulan, melalui latihan rutin yang tidak selalu berjalan mulus. Perbedaan jadwal kuliah, kesibukan anggota, masa ujian, hingga cuaca menjadi tantangan yang harus dihadapi. “Kadang kelompok suara tidak lengkap, kadang ada yang izin karena kuliah atau pulang kampung. Jadi perlu usaha ekstra untuk menyatukan harmoni,” kata Agung.
Dukungan Kampus yang Masih Minim
Meski konser ini menjadi pencapaian penting bagi mahasiswa, apresiasi dari pihak kampus dirasakan belum maksimal. Agung berharap ke depan kampus dapat lebih mendukung perkembangan seni mahasiswa, tidak hanya fokus pada lomba atau kejuaraan semata. “Membuat konser juga bentuk prestasi. Tidak semua mahasiswa bisa meluangkan waktu, tenaga, dan kreativitas untuk melahirkan sebuah karya,” tegasnya.
Harapan tersebut dirasa penting untuk disampaikan untuk perkembangan UKM yang lebih baik kedepannya. Prestasi dan nama besar kampus juga dipengaruhi oleh aktivitas dan pencapaian dari mahasiswanya. “Pada pembukaan tadi sore yang datang cuma Dekan FKIP, salain itu gak ada,” kata Agung sambil memberi senyum pahit.
Harapan dan Rencana Masa Depan
Viva Voce berkomitmen menjadikan konser sebagai agenda tahunan dengan tema yang berbeda tiap tahun. Mereka juga berencana mengangkat isu sosial, budaya, dan kemanusiaan dalam karya-karya mendatang. Visi awal mereka sederhana: menyalurkan hobi. Namun ke depan, UKM ini siap berkembang lebih besar daripada yang mereka bayangkan saat pertama kali berdiri.
Viva Concert bukan hanya pertunjukan musik, melainkan pernyataan bahwa seni memiliki tempat penting di lingkungan akademik. Konser ini menjadi bukti bahwa mahasiswa UMTAS mampu menghadirkan harmoni, budaya, dan semangat kolaboratif dalam satu panggung yang penuh cahaya.







