Pemuda Tolitoli Didesak Kembangkan Keterampilan di Era Digital
Di tengah riuh tepuk tangan dan sorakan para penonton, acara pembukaan turnamen sepak bola Kapolres Cup Jilid I berlangsung di lapangan Lakita, Sandana Galang, Minggu (14/9). Acara tersebut tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga menjadi momentum penting bagi Wakil Bupati Tolitoli, Moh. Besar Bantilan, untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam.
Dalam sambutannya, Bantilan menekankan bahwa kini mencari pekerjaan tidak lagi cukup dengan latar belakang pendidikan akademis semata. Keterampilan nyata atau skill menjadi hal yang sangat penting. Ia mencontohkan olahraga sebagai contoh nyata. “Dengan skill bermain bola, seseorang bisa meraih apa yang diinginkan, bahkan menjadi pintu masuk ke institusi seperti kepolisian atau TNI,” ujarnya.
Pernyataan ini mendapat respon positif dari hadirin yang sebagian besar merupakan pemuda setempat. Mereka tampak antusias mengikuti setiap kata yang disampaikan oleh Bantilan. Menurutnya, kemampuan non-akademis kini mulai dihargai dalam berbagai sektor. Mulai dari bidang olahraga hingga peluang kerja formal, bakat dan ketekunan sering kali lebih menentukan daripada sekadar ijazah.
Bantilan juga menyebutkan beberapa atlet asal Tolitoli yang telah mencatat prestasi di tingkat nasional. Beberapa di antaranya bahkan berlaga di Liga 2 dan Pekan Olahraga Nasional (PON). “Ini bukti bahwa daerah kita memiliki potensi besar, tinggal bagaimana kita mengembangkannya,” katanya.
Pernyataan tersebut mencerminkan tren yang sedang berkembang di Indonesia, di mana pemerintah daerah mulai memperhatikan sektor-sektor berbasis keterampilan. Tujuannya tidak hanya untuk mencetak atlet, tetapi juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui UMKM, ekonomi kreatif, serta penanganan masalah sosial.
Salah satu contoh yang disampaikan oleh Bantilan adalah sebuah desa yang berhasil menekan angka stunting hingga masuk 15 besar kategori terbaik secara nasional. “Kalau desa bisa berhasil di bidang kesehatan, tentu desa lain bisa fokus di bidang berbeda, misalnya UMKM atau ekonomi kreatif,” tambahnya.
Ia menilai, pola pengembangan berbasis kekhususan desa perlu menjadi agenda serius pemerintah kabupaten. Dengan demikian, setiap wilayah bisa menemukan keunggulan kompetitifnya sendiri dan tidak terjebak dalam pendekatan seragam.
Turnamen Kapolres Cup Jilid I sendiri diharapkan menjadi salah satu pintu masuk pembinaan bakat muda. Lapangan Lakita yang sore itu dipadati penonton bukan sekadar arena pertandingan, melainkan juga simbol semangat kolektif sebuah daerah kecil yang ingin dikenal lebih luas.
Bagi Bantilan, momen itu adalah kesempatan untuk mengirim pesan yang lebih besar: bahwa anak muda Tolitoli harus berani bermimpi, tak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga lewat pengembangan keterampilan yang spesifik.
“Skill itu investasi. Akademik penting, tapi tanpa skill, kita akan kesulitan bersaing,” tutupnya.