Warganya Mati Saat Operasi Pembesaran Bokong di Turki, Pemerintah Inggris Didesak Keluarkan Peringatan Bahaya

InfoMalangRaya.com– Keluarga seorang wanita Inggris yang meninggal dunia di meja operasi saat menjalani bedah kosmetik untuk memperbesar bokongnya di Turki, mendukung seorang petugas koroner yang mendesak pemerintah Inggris agar mengeluarkan peringatan bahaya ke publik.
Melissa Kerr, 31, dari Gorleston, Norfolk, meninggal di sebuah rumah sakit swasta di Istanbul, Turki, pada tahun 2019.
Jacqueline Lake, seorang petugas koroner di Norfolk, berpendapat peringatan publik tersebut penting guna mencegah kematian-kematian akibat prosedur bedah kosmetik di luar negeri dan memperingatkan masyarakat Inggris tentang bahayanya.
Natasha, saudara kembar Melissa Kerr, mengaku “sangat senang” ada ahli yang peduli dan mengangkat kasus saudaranya tersebut guna memberikan pelajaran dan peringatan kepada masyarakat luas.
Pada pemeriksaan yang berakhir pada hari Selasa (12/9/2023), seorang saksi ahli – pakar bedah plastik Simon Withey – mengatakan tingginya angka kematian akibat operasi pengencangan atau pembesaran bokong yang populer disebut prosedur kosmetik Brazilian butt-lifts (BBL) berjumlah lebih dari satu dalam setiap 4.000 prosedur.
Withey mengatakan kalau saja risiko prosedur itu dijelaskan kepada Kerr sebelum dia bersedia mengeluarkan uang untuk mebayar biayanya, dia “bisa dipastikan” tidak akan menjalaninya.
Jacqueline Lake menyatakan bahwa Melissa Kerr tidak diberikan penjelasan yang mencukupi untuk dapat mengambil keputusan yang selamat. Sayangnya, bahaya bagi warga Inggris yang bepergian ke luar negeri untuk menjadi bedah kosmetik itu terus berlangsung, dan “saya berharap kematian-kematian di masa mendatang dapat dicegah dengan pemberian informasi yang lebih baik,” imbuh Lake.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan kepada BBC Natasha Kerr mengatakan, “Tingkat kematian berkaitan dengan pembedahan di Turki sangat mengkhawatirkan, terlebih lagi tingkat kematian yang terkait dengan pencangkokan lemak gluteal.”
“Angka-angka tersebut bahkan tidak termasuk pasien yang selamat namun menderita komplikasi parah yang mengubah hidup atau mereka yang mengalami cacat permanen,” imbuhnya.
Lebih lanjut dia mengatakan,  “Pasien tidak sepenuhnya diberitahu tentang risiko pembedahan dan tingkat kematian terkait, pasien tidak diperiksa oleh dokter bedahnya sampai beberapa jam sebelum operasi dan tidak mendapat cukup pemeriksaan medis.”
“Para ahli bedah menggunakan teknik-teknik kuno dan berisiko yang menempatkan pasien dalam bahaya besar. Hal ini tidak boleh dibiarkan, kita perlu bertindak sekarang untuk mencegah risiko nyawa di masa depan.”
Medicana Haznedar Hospital di Istanbul sudah diminta tanggapannya atas pemeriksaan yang dilakukan petugas koroner terhadap kematian Kerr.
Keluarga Kerr mengaku sangat terpukul dengan kematian Melissa, seorang praktisi kesehatan mental.
Natasha Kerr mengatakan, meskipun saudaranya itu memiliki dua gelar akademik setingkat master, tetapi dia tidak memiliki kepercayaan diri dalam hal bentuk tubuhnya.
“Kami berharap masyarakat berpikir dua kali untuk pergi ke Turki untuk menjalani operasi. Kami berdoa agar keluarga lain tidak harus menanggung rasa sakit luar biasa seperti yang kami alami,” imbuhnya.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *