Foto : Pemimpin Redaksi Info Malang Raya Rudi Harianto saat berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat
Dalam era arus informasi yang begitu cepat dan luas seperti saat ini, peran wartawan menjadi sangat vital dalam membentuk opini publik dan menyampaikan realitas. Namun di balik kebebasan pers dan teknologi yang memudahkan penyebaran berita, terdapat tanggung jawab moral dan spiritual yang tidak bisa diabaikan.
Dalam pandangan Islam, profesi wartawan bukan hanya pekerjaan duniawi, tetapi juga memiliki dimensi ukhrawi karena setiap informasi yang ditulis dan disebarkan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Oleh sebab itu, menulis kebenaran adalah sebuah kewajiban, sedangkan menyebarkan kebohongan adalah dosa yang besar.
Seorang wartawan bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membawa amanah besar kepada publik. Dalam Islam, setiap kata yang ditulis atau disampaikan akan dimintai pertanggungjawaban. Menyampaikan kebenaran adalah kewajiban, dan menyebarkan kebohongan adalah dosa besar yang kelak akan dihisab.
Firman Allah SWT:
“Waahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.”
(QS. Al-Ahzab: 70)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”
(QS. Al-Isra: 36)
“Sesungguhnya orang-orang yang menyukai tersebarnya perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.”
(QS. An-Nur: 19)
Sabda Nabi Muhammad SAW:
“Barang siapa menyebarkan berita bohong, maka ia termasuk salah satu dari tiga golongan pendusta.”
(HR. Muslim)
“Cukuplah seseorang dikatakan berdusta, apabila ia menceritakan segala sesuatu yang ia dengar tanpa meneliti kebenarannya.”
(HR. Muslim, no. 5)
“Siapa yang berbohong atas namaku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Kesimpulan:
Wartawan adalah penjaga kebenaran di tengah hiruk-pikuk dunia. Menyampaikan fakta dengan jujur bukan hanya etika jurnalistik, melainkan ibadah dan bentuk ketakwaan kepada Allah SWT. Sebaliknya, menyebarkan kebohongan adalah bentuk pengkhianatan terhadap profesi, umat, dan Tuhannya.
Setiap tulisan akan menjadi saksi apakah ia menyelamatkan atau mencelakakan. (Redaksi)