Peningkatan Kasus DBD di Kota Malang dan Upaya Pencegahan yang Dilakukan
Musim pancaroba sering kali menjadi momok bagi masyarakat, terutama dalam hal kesehatan. Perubahan cuaca yang tidak menentu memicu munculnya berbagai penyakit, seperti flu, batuk, demam berdarah Dengue (DBD), diare, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Di tengah situasi ini, kasus DBD kembali meningkat, terutama di beberapa wilayah di Kota Malang.
Salah satu daerah yang mengalami peningkatan signifikan adalah Kecamatan Sukun. Menurut pengelola Program DBD Puskesmas Janti, Reny Meita, hingga Juli 2025, Puskesmas Janti telah menangani 111 kasus DBD di tiga kelurahan, yaitu Kelurahan Bandungrejosari, Kelurahan Sukun, dan Kelurahan Tanjungrejo. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya mencatat 98 kasus. Dari ketiga kelurahan tersebut, Kelurahan Bandungrejosari menjadi penyumbang terbanyak dengan jumlah kasus tertinggi.
Reny menjelaskan bahwa penyebab utama penyebaran DBD adalah faktor kebersihan lingkungan. Nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD, berkembang biak di tempat penampungan air yang tidak terjaga. Selain itu, anak-anak menjadi kelompok rentan karena imunitas mereka masih lemah serta waktu aktivitas mereka bersamaan dengan jam perkembangan nyamuk, yaitu pagi dan sore hari.
Meskipun musim kemarau sudah dimulai, Reny tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. Ia menyatakan bahwa DBD bukan lagi penyakit musiman yang hanya muncul saat musim hujan. Saat ini, kasus DBD masih terjadi meskipun tidak ada hujan.
Untuk menekan penyebaran DBD, Puskesmas Janti melakukan berbagai inisiatif. Salah satunya adalah Gerakan Serentak Berantas Sarang Nyamuk (Geser Besan). Warga di suatu lingkungan RW diajak untuk membersihkan lingkungan secara serentak, terutama tempat penampungan air dan saluran air. Inisiatif ini dilakukan agar lingkungan tetap bersih dan tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk.
Selain itu, Puskesmas Janti juga rutin memberikan sosialisasi 3 M Plus kepada masyarakat, yaitu:
- Menguras dan membersihkan tempat penampungan air secara rutin.
- Menutup rapat tempat penyimpanan air.
- Memanfaatkan atau mendaur ulang limbah barang bekas yang memiliki nilai ekonomis.
Selain itu, masyarakat juga dianjurkan untuk memelihara ikan pemakan jentik, menanam tanaman pengusir nyamuk, atau memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi rumah. Puskesmas Janti juga meminta warga untuk menguras bak mandi setiap tiga hari sekali karena siklus perkembangan nyamuk sangat cepat.
Dengan upaya-upaya tersebut, kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan semakin meningkat. Angka Bebas Jentik (ABJ) kini mendekati standar 95 persen. Contohnya, di Kelurahan Bandungrejosari, ABJ mencapai 93,9 persen, sedangkan di Kelurahan Sukun mencapai 96,9 persen.
Di sisi lain, Puskesmas Pandanwangi juga melaporkan adanya 52 kasus DBD selama Juli 2025. Mayoritas penderita berasal dari Kelurahan Pandanwangi. Kepala Puskesmas Pandanwangi, Sri Purwani, menyatakan bahwa faktor lingkungan dan kepadatan penduduk menjadi penyebab utama penyebaran DBD. Ia menekankan pentingnya program ‘Satu Rumah Satu Jumantik’ dan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak.
Selain fokus pada DBD, Puskesmas Pandanwangi juga intensif dalam memberikan imunisasi kepada anak-anak. Tim puskesmas turun langsung untuk mencari anak di bawah satu tahun yang belum diimunisasi, termasuk melalui layanan Posyandu.
Puskesmas Pandanwangi juga memiliki fasilitas yang memadai, mulai dari pemeriksaan laboratorium dasar hingga alat canggih seperti tensimeter. Gedung puskesmas dirancang agar nyaman bagi pasien. Sri mengatakan bahwa kunci hidup sehat adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang mencakup sanitasi, kebersihan pribadi, olahraga, dan penggunaan masker terutama saat musim pancaroba.