Musim Kemarau Basah di Pemalang Tahun 2025
Bulan Agustus biasanya menjadi masa puncak musim kemarau di Indonesia. Namun, situasi yang terjadi pada tahun 2025 berbeda dari kebiasaan sebelumnya. Di beberapa wilayah, termasuk Kabupaten Pemalang, hujan masih terjadi dengan intensitas yang cukup tinggi. Fenomena ini dikenal sebagai “kemarau basah” oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, ada lima faktor utama yang menyebabkan hujan tetap turun meskipun sudah memasuki musim kemarau. Pertama, dinamika atmosfer global seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby yang berperan dalam pembentukan awan hujan. Kedua, suhu muka laut yang lebih hangat di sekitar perairan Indonesia meningkatkan jumlah uap air di atmosfer.
Ketiga, sirkulasi siklonik dan zona konvergensi angin yang mengumpulkan arus udara dari berbagai arah, sehingga membentuk awan konvektif. Keempat, gelombang atmosfer frekuensi rendah yang memperkuat potensi curah hujan. Terakhir, atmosfer labil yang membuat udara mudah naik dan menghasilkan hujan meski sedang dalam periode kemarau.
BMKG memprediksi bahwa selama periode 12–18 Agustus 2025, Jawa Tengah, termasuk Pemalang, masih memiliki risiko hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Situasi ini dapat menyebabkan genangan air bahkan banjir lokal di area yang memiliki sistem drainase tidak memadai.
Untuk menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, BMKG memberikan beberapa langkah antisipasi. Pertama, masyarakat diminta untuk rutin memantau informasi cuaca resmi melalui saluran yang telah dipercaya. Kedua, menjaga kebersihan saluran air agar tidak terjadi penyumbatan yang memicu banjir. Ketiga, menyiapkan perlengkapan darurat seperti alat komunikasi, makanan, dan obat-obatan. Keempat, mengelola air hujan secara bijak sebagai cadangan menghadapi puncak musim kemarau.
Fenomena hujan di bulan Agustus tahun ini menunjukkan bagaimana perubahan iklim global dapat memengaruhi kondisi cuaca lokal. Pemahaman tentang hal ini diharapkan bisa membuat masyarakat Pemalang lebih siap menghadapi cuaca ekstrem yang tidak selalu sesuai dengan kalender musim. Dengan peningkatan kesadaran dan persiapan yang baik, masyarakat dapat mengurangi risiko dampak negatif dari cuaca yang tidak menentu.