Penyakit Musim Pancaroba Meningkat, Warga Diimbau Perhatikan Kesehatan
Musim pancaroba sering kali menjadi momok bagi masyarakat karena berbagai penyakit menyebar dengan cepat. Selain demam berdarah, flu dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) juga menjadi ancaman yang tidak bisa diabaikan. Kondisi cuaca yang tidak menentu membuat tubuh rentan terkena gangguan kesehatan.
Di Kota Batu, jumlah pasien yang mengeluhkan gejala flu dan ISPA meningkat dalam tiga bulan terakhir. Data menunjukkan bahwa pada Mei lalu, ada sekitar 154 orang yang datang ke Puskesmas Batu dengan keluhan batuk, pilek, dan meriang. Angka ini meningkat menjadi 172 orang pada Juni dan mencapai 210 orang pada Juli. Hal ini menunjukkan tren peningkatan kasus penyakit yang berkaitan dengan perubahan iklim.
Santoso, warga Desa Pesanggrahan, mengaku mengalami gejala seperti meriang, sakit tenggorokan, dan pilek selama tiga hari. Ia mencoba mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang dibeli dari toko atau apotek. Namun, karena kondisi tidak membaik, akhirnya ia memutuskan untuk berobat ke Puskesmas.
Dokter Fungsional di Puskesmas Batu, Ery Rosyidah, menekankan pentingnya menjaga asupan gizi agar daya tahan tubuh tetap kuat. Ia menyarankan masyarakat untuk mengurangi konsumsi makanan yang mengandung pemanis buatan, berminyak, pedas, serta minuman dingin yang bisa memicu flu.
Di Puskesmas Kepanjen, Kabupaten Malang, rata-rata jumlah pasien ISPA mencapai 100 orang per bulan. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pasien ISPA mencapai 143 orang pada April, kemudian naik sedikit menjadi 144 orang pada Mei, dan turun menjadi 96 orang pada Juni. Meskipun angka fluktuatif, Ruri Pujianti, Kepala Puskesmas Kepanjen, menyatakan bahwa peningkatan kasus ISPA selalu terjadi saat musim pancaroba.
Ruri menjelaskan bahwa angka kasus ISPA bergantung pada kondisi cuaca. Ia tidak bisa memprediksi kapan penyakit ini akan mereda. “Dulu kami bisa tahu kapan mulai meredanya, biasanya dalam satu atau dua bulan,” ujarnya. Untuk menghadapi lonjakan kasus, pihak Puskesmas telah menyiapkan stok obat dengan tambahan sekitar 10 persen dari tahun sebelumnya.
Menurut Ruri, penyakit ISPA meningkat saat musim peralihan karena daya tahan tubuh setiap orang berbeda. Perubahan cuaca dapat memengaruhi seseorang yang memiliki imunitas rendah. “Jika daya tahan tubuh baik, risiko terserang batuk atau pilek lebih kecil,” katanya.
Ia menyarankan masyarakat untuk menjaga pola makan dengan mengonsumsi makanan bergizi seperti sayur, buah-buahan, dan protein yang cukup. Minum air putih secara rutin serta menghindari minuman manis yang berpengaruh negatif pada sistem imun juga sangat penting.
Selain itu, olahraga rutin dan menjaga pikiran positif juga menjadi faktor penting dalam menjaga kesehatan. Ruri menjelaskan bahwa mindset negatif dapat memengaruhi imun tubuh. “Tiga hal tersebut adalah yang utama. Suplemen dan vitamin hanya sebagai tambahan,” ujarnya.
Arum Setyaningsih, pasien di Puskesmas Kepanjen, mengeluhkan gejala pilek disertai demam selama tiga hari. Ia sudah mengonsumsi obat, namun demam dan pusing masih terasa. Akhirnya, ia memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter karena efek obat tidak cukup.
Kondisi kesehatan masyarakat di musim pancaroba membutuhkan perhatian ekstra. Dengan menjaga pola hidup sehat dan mengurangi paparan cuaca yang tidak menentu, risiko terkena penyakit bisa diminimalisir.