Waspada Demam Chikungunya di Hong Kong
Beberapa wisatawan yang mengunjungi Hong Kong sebaiknya mewaspadai risiko demam chikungunya. Kasus penyakit ini mulai tercatat sejak awal Agustus, menjadi pertama kali sejak tahun 2019. Jumlah penderita semakin meningkat, menunjukkan potensi penyebaran yang perlu diperhatikan.
Pada 15 Agustus, terdapat delapan kasus demam chikungunya yang dikonfirmasi. Penderitanya berusia antara delapan hingga 79 tahun, dan kebanyakan dari mereka telah melakukan perjalanan ke Provinsi Guangdong di Tiongkok atau Bangladesh. Hal ini menunjukkan bahwa penularan bisa terjadi melalui perjalanan ke daerah yang sudah terinfeksi.
Sebelumnya, pusat kesehatan Hong Kong mencatat 11 kasus chikungunya antara tahun 2016 hingga 2019, tanpa adanya laporan kasus baru setelah itu. Kini, situasi kembali memprihatinkan dengan munculnya kembali kasus-kasus baru.
Gejala yang Perlu Dikenali
Demam chikungunya adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes betina. Penyebab utama adalah nyamuk Aedes albopictus, yang ditemukan di sekitar taman, area konstruksi, dan kebun di Hong Kong. Proses infeksi dimulai ketika nyamuk menggigit seseorang yang sudah terinfeksi, lalu menularkan virus melalui gigitan berikutnya.
Penyakit ini tidak menular antarmanusia, sehingga tidak bisa menyebar langsung dari orang ke orang. Namun, gejala yang muncul sangat mengganggu. Umumnya, penderita mengalami demam tinggi, ruam kulit, nyeri sendi, dan pembengkakan. Pada sebagian besar kasus, gejala akan mereda dalam waktu sekitar seminggu. Namun, untuk kasus yang lebih parah, rasa tidak nyaman pada persendian bisa bertahan selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun.
Meskipun kematian jarang terjadi, individu dengan sistem imun yang lemah atau kondisi kesehatan lainnya lebih rentan mengalami komplikasi. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan mengambil langkah pencegahan yang tepat.
Langkah Pencegahan yang Direkomendasikan
Otoritas kesehatan Hong Kong telah mengimbau para pengunjung yang datang dari daerah terdampak untuk memantau kesehatan secara ketat selama dua minggu. Mereka juga disarankan menggunakan obat antinyamuk untuk mencegah penularan lokal.
Selain itu, karena nyamuk Aedes albopictus tersebar luas di wilayah tersebut, otoritas telah meningkatkan upaya pengendalian. Beberapa langkah yang dilakukan meliputi operasi pengasapan di perumahan umum, penghapusan genangan air, pembersihan saluran air, serta pemeriksaan perbatasan yang lebih ketat.
Warga juga dianjurkan untuk menggunakan obat antinyamuk berbahan dasar DEET, mengenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, serta membersihkan lingkungan rumah agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Selain itu, dinas pengendalian hama kota sedang memperketat pengawasan dan penyemprotan di area rawan.
Peran Pencegahan dalam Menghadapi Chikungunya
Saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah demam chikungunya. Oleh karena itu, pencegahan menjadi hal utama dalam mengurangi risiko penyebaran penyakit ini. Pengobatan yang tersedia hanya bertujuan untuk meredakan gejala seperti nyeri, demam, dan peradangan, karena tidak ada obat khusus yang dapat menargetkan virus tersebut.
Dengan demikian, tanggung jawab untuk mengurangi risiko perkembangbiakan nyamuk dan gigitan nyamuk sepenuhnya berada di tangan masyarakat. Kesadaran dan partisipasi aktif dari setiap individu sangat penting dalam menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan.