Prakiraan Cuaca dan Persiapan Menghadapi Banjir di Jawa Barat
Sejumlah wilayah di Jawa Barat, termasuk Kabupaten Bandung, diprakirakan mengalami hujan lebat dengan curah antara 50 hingga 100 milimeter per hari pada 16 September 2025. Hujan yang cukup deras ini berpotensi menyebabkan banjir, terutama akibat luapan debit sungai seperti Citarum.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada BPBD Kabupaten Bandung, Diki Sudrajat, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyebarluaskan surat edaran kepada berbagai organisasi perangkat daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi banjir dan longsor. Surat tersebut disampaikan ke setiap kecamatan dan diteruskan ke desa atau kelurahan.
Menurut Diki, luapan debit sungai menjadi salah satu penyebab utama banjir di beberapa titik di Kabupaten Bandung. Untuk itu, pihaknya intensif melakukan koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. Pemantauan tinggi muka air atau debit sungai menjadi sistem peringatan dini yang sangat penting dalam mengantisipasi bencana.
Di Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, masyarakat sudah membangun sistem peringatan dini sendiri. Ketika melihat ketinggian air meningkat, warga saling berbagi informasi melalui aplikasi pesan singkat.
Perkembangan Cuaca di Bandung Raya
Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Teguh Rahayu, memberikan prakiraan cuaca Bandung Raya untuk periode 13-20 September 2025. Secara umum, cuaca akan berawan dengan potensi hujan ringan hingga sedang pada malam hari. Pada 16 September 2025, terdapat potensi hujan intensitas sedang hingga lebat di wilayah tersebut.
BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi genangan, banjir, maupun longsoran. Meskipun hujan ringan, durasi singkat dan skala lokal dapat disertai petir serta angin kencang.
Dampak dari Siklon 93S
Sebelumnya, Erma Yulihasitin, seorang klimatologis dan profesor riset dari BRIN, mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap dampak tidak langsung dari siklon 93S yang membentang dari Jawa hingga Nusa Tenggara Barat. Dampak tersebut bisa berupa hujan persisten, yaitu hujan yang terjadi setiap hari dengan modulasi siang, sore, dan malam.
Hujan persisten ini sangat berpotensi menyebabkan banjir. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk mempersiapkan drainase agar tidak terjadi genangan air yang berlebihan.
Bantuan Tanggul di Subang
Di Subang, gelombang air laut kembali merendam bahkan merobohkan sejumlah rumah di pesisir pantai utara. Akibatnya, pemerintah Kabupaten Subang mendapatkan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk membangun tanggul penahan ombak.
Kepala Pelaksana BPBD Subang, Udin Jazudin, menjelaskan bahwa rumah yang rusak sudah dibangun kembali, sementara pencegahan sementara dilakukan dengan memasang geobag. Geobag tersebut hanya berfungsi untuk mengurangi dampak gelombang laut.
Bencana rob kali ini terjadi selama beberapa hari mulai sore sekitar pukul 16.00. Gelombang air laut yang kuat dan tinggi menyebabkan air naik ke daratan hingga merendam permukiman penduduk di Kecamatan Legonkulon. Dua unit rumah di Desa Mayangan dilaporkan roboh, meskipun tidak ada korban jiwa maupun luka.
Udin menegaskan bahwa situasi saat ini sudah terkendali setelah warga dan personel tentara bergotong royong. Mereka membangun tembok penahan ombak sementara dari geobag dan memperbaiki rumah yang roboh agar dapat ditempati kembali.
Harapan Warga untuk Tanggul Permanen
Selama ini, warga pesisir Pantura Subang sering terkena banjir rob. Aktivitas mereka terganggu hingga menimbulkan kerugian. Mereka berharap pemerintah daerah maupun pusat segera membangun tanggul penahan ombak secara permanen.
BPBD Subang memastikan harapan tersebut akan segera terwujud melalui bantuan anggaran dari BNPB sebesar Rp 3,5 miliar. Dana tersebut rencananya akan diserahkan kepada Bupati Subang Reynaldy Putra Andita Budi Raemi di kantor BNPB Jakarta, Senin 15 September 2025.