Infomalangraya – Keberadaan Kajoetangan Heritage di Jalan basuki Rahmat berhasil menyedot kunjungan ribuan wisatawan. Tapi masih ada beberapa kekurangan yang harus dilengkapi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Apa saja?
DERETAN kendaraan parkir di bahu jalan sepanjang Jalan Basuki Rahmat, Kamis malam (1/6). Keberadaan ratusan mobil dan motor tersebut memakan ruas jalan, sehingga akses yang bisa dilintasi kendaraan menyempit.
Selain itu, wisatawan yang ingin menyeberang dari sisi timur ke sisi barat ruas jalan harus berhati-hati. Butuh waktu beberapa menit baru bisa menyeberang. Itu karena laju kendaraan tinggi, sementara tidak ada pelican crossing.
Wisatawan yang ingin buang air kecil juga kesulitan, lantaran tidak ada toilet umum di sepanjang koridor Kajoetangan. ”Seharusnya ada toilet yang dekat-dekat dengan Koridor Kajoetangan,” terang penjaga loket masuk Kampoeng Heritage Kajoetangan Astufah, Jumat lalu (9/6).
Sekadar diketahui, Kampung Heritage Kejoetangan berada di perkampungan Jalan Basuki Rahmat. Lokasinya masuk ke permukiman. Sedangkan koridor berada di bagian luar, tepatnya di trotoar Jalan Basuki Rahmat.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang Widjaja Saleh Putra membenarkan adanya kekurangan sarana dan prasarana (sarpras) di Kajoetangan Heritage. Mengenai perlunya pelican crossing, dia sudah berencana melengkapinya.
Untuk diketahui, pelican crossing adalah zebra cross yang dilengkapi dengan traffic light. Pengunjung yang ingin menyeberang, bisa menekan tombol di tiang traffic light. Setelah itu lampu merah akan menyala, kemudian kendaraan yang melintas berhenti. Saat kendaraan berhenti itulah para pengunjung bisa menyeberang dengan aman.
”Kemungkinan pelican crossing baru bisa terlaksana September atau Oktober depan. Mulai bulan Juli ini disusun kebutuhan anggaran pengadaannya,” kata pria yang pernah menjabat kepala Bagian Layanan Pengadaan Setda Kota Malang itu.
Rencananya, kata dia, ada tiga titik yang dipasangi pelican crossing. Titik pertama dan kedua di Perempatan Rajabally, dan yang terakhir di dekat JPO Kajoetangan. Pihaknya menekankan, sebelum adanya pelican crossing ini, beberapa upaya sudah dilakukan untuk memudahkan penyeberang.
Di antaranya menyiapkan petugas dishub dan bantuan dari pramuka. Juga memasang rambu maksimum kecepatan kendaraan. Kemudian memasang pita kejut sebelum perempatan Rajabally. ”Sudah ada pita penggaduh pun pengendara ini tidak mengurangi laju mereka. Seharusnya mereka bisa menghormati pejalan kaki,” keluh Jaya.
Sedangkan terkait kesediaan lahan parkir, katanya, ini menjadi masalah yang lebih rumit. Dibatalkannya pembelian lahan parkir di ruko nomor 50 pada Februari lalu membuat Kajoetangan Heritage tak memiliki lahan parkir khusus. Alhasil, kedua sisi bahu jalan jadi korbannya. Dengan digunakan sebagai parkir kendaraan.
Untuk penyediaan lahan parkir, pihaknya sedang melakukan kajian. Kajian itu nantinya bisa menghasilkan beberapa titik-titik yang bisa dijadikan lahan parkir, bahkan bisa menggunakan parkir bertingkat atau vertikal.
Saat ini, menurutnya sudah ada beberapa titik yang bisa dijadikan alternatif titik parkir. Seperti di sekitar kawasan Splendid dan kawasan Ramayana Mal. ”Kami target tahun ini kajian sudah selesai untuk menentukan pengganti lahan parkir. Tahun depan tinggal eksekusi,” tandas Jaya.(adk/dan)