InfoMalangRaya.com—Sejumlah informasi menyebut bahwa Pegasus, sudah digunakan pemerintah Indonesia sejak 2018 untuk kepentingan politik partisan, terutama saat proses penyelenggaraan Pemilu 2019. Pegasus sendiri adalah software buatan perusahaan asal ‘Israel’, NSO Group yang diduga banyak digunakan memata-matai wartawan dan kelompok oposisi di berbagai belahan dunia.
Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur mengatakan untuk mengetahui tujuan penggunaan Pegasus oleh pemerintah, perlu dicari tahu kejelasan pembeliannya.
“Perencanaan dan anggarannya untuk apa, bagaimana pengawasan oleh DPR, dan dibeli oleh siapa? Kepolisian? Intelijen? TNI? Kita tidak tahu,” ujar Isnur dalam program Trijaya Hot Topic, Selasa (13/6/2023).
Isnur menilai dengan adanya Pegasus di Indonesia, dampaknya akan sangat parah bisa digunakan untuk melakukan hal yang tidak bertujuan untuk menegakkan hukum. Ia berpendapat alat peretas ini dapat mengancam demokrasi rakyat Indonesia dan disalahgunakan untuk kepentingan politik.
“(Dapat) meruntuhkan keberanian, kepercayaan diri orang kritis, dihancurkan kehidupannya, diambil alih dan disedot semua datanya, KTP dipublikasi, itu mengerikan. Ini tanpa audit atau pengawasan. Kita gatau siapa yang melakukan,” terang Isnur dikutip mnctrikaya.com.
“Bisa dipakai untuk membungkam atau melemahkan lawan politik. Kalau ada seorang caleg, capres, atau koalisi yang merasa dijegal atau diganggu, bisa menggunakan mekanisme ini,” tambah dia.
Sementara Aliansi Jurnalis Independen Indonesia mendesak pemerintah untuk transparan terkait dugaan penyelenggara negara menggunakan peralatan penyadap dari ‘Israel’ untuk kepentingan politik partisan, seperti diungkapan konsorsium media IndonesiaLeaks.
IndonesiaLeaks menemukan sejumlah informasi yang membuktikan Pegasus, alat mata-mata dari ‘Israel’, sudah digunakan pemerintah Indonesia sejak 2018 untuk kepentingan politik, terutama saat proses penyelenggaraan Pemilu 2019, kata Sasmito Madrim, Ketua AJI Indonesia, yang merupakan bagian dari konsorsium itu.
“Dari temuan itu IndonesiaLeaks maka undang-undang penyadapan menjadi penting untuk segera dibuat agar memata-matai warga negara tidak dilakukan sembarangan,” kata Sasmito kepada BenarNews, Senin (12/6/2023).
“Saya kira yang perlu dilakukan juga negara ini melakukan audit penyadapan secara serius karena seperti dalam liputan ada penyalahgunaan dalam penyadapan,” kata Sasmito.
Menurut Tempo, kolaborasi jurnalis investigasi global, Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCP), serta Forbidden Stories mengungkap penyimpangan penggunaan spyware untuk memata-matai aktivis, jurnalis, dan politikus di berbagai belahan dunia.
Konsorsium IndonesiaLeaks terdiri dari Majalah Tempo, Koran Tempo, Tempo.co, Jaring.id, Suara.com, Independen.id, dan Bisnis Indonesia bersama Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP), dan Forbidden Stories.
Pegasus merupakan alat telik sandi produksi zionis yang memiliki kemampuan, tidak mudah terdeteksi dan dianggp efektif untuk mengakses data ke sejumlah device tanpa pemiliknya tahu.
Konsorsium itu mengungkap ada 50 ribu nomor telepon yang sudah menjadi target penyadapan Pegasus. Temuan ini didasari hasil uji forensik CitizenLab, komunitas platform daring yang berbasis di Toronto, Kanada, dan Amnesty International.
Mereka mendeteksi ada 37 telepon seluler milik aktivis hak asasi manusia, pengusaha, dan jurnalis yang disusupi Pegasus. Beberapa pemilik telepon seluler itu berdomisili di Meksiko, Hungaria, Uni Emirat Arab, dan negara lain.
Belakangan, CitizenLab menemukan spyware Pegasus di Thailand. Jumlah korbannya mencapai 30 orang. CitizenLab telah melaporkan temuan itu kepada Apple, produsen iPhone, pada Oktober 2022 dan Januari 2023.
Laporan Citizen Lab dan Amnesty International menyebut, Pegasus dapat memecahkan komunikasi yang terenkripsi dari Iphone, Mac, Android, dan semua perangkat elektronik berbasis OS lainnya. Jamal Khasoghi, seorang wartawan asal Arab Saudi yang dibunuh di konsulatnya sendiri di Turki pada 2018, diduga dimata-matai menggunakan spyware Pegasus milik NSO Group itu.*