Sebuah Perspektif Berbeda Mengenai Hak Royalti di Industri Musik
Di tengah berbagai perdebatan mengenai hak royalti yang sering menjadi isu utama dalam industri musik, Yovie Widianto hadir dengan pandangan yang menyejukkan. Seorang komposer yang telah menciptakan ratusan lagu hits ini melihat karyanya sebagai jembatan rezeki bagi banyak pihak. Baginya, setiap lagu yang ia ciptakan memiliki makna dan dampak yang lebih dari sekadar nilai finansial.
Sebagai Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Kreatif, Yovie tidak hanya memandang masalah royalti dari sudut pandang tuntutan semata. Ia justru merasa bersyukur karena setiap lagu yang ia buat bisa bermanfaat bagi orang lain. Menurutnya, ketika lagu-lagunya dinyanyikan oleh para penyanyi dan pianis, itu menjadi bentuk berkah yang luar biasa.
“Saya, sebagai komposer, semakin lagu saya bermanfaat bagi orang banyak, semakin lagu saya dibawakan oleh para pianis dan penyanyi, saya merasa ada berkah besar. Saya bisa berbagi penghasilan dengan teman-teman di sana,” ujarnya dalam sebuah diskusi beberapa waktu lalu.
Yovie yang berusia 57 tahun ini menyadari bahwa perjalanan empat dekade dalam dunia musik Indonesia adalah anugerah yang tak ternilai. Ia juga menyadari bahwa gelar hitsmaker yang diberikan kepadanya bukan hanya karena kemampuannya sendiri.
“Bayangkan, saya berkarya selama 40 tahun, dan hanya 10 tahun saja menjadi hitsmaker. Itu sudah rezeki besar. Bukan karena saya pintar atau hebat, tapi karena saya pencipta lagu atas karya-karya saya,” tuturnya.
Bagi Yovie, karya-karya legendarisnya, baik dari era Glenn Fredly hingga generasi Lyodra dan Ziva Magnolya, tidak lepas dari campur tangan Tuhan serta dukungan banyak orang di sekitarnya. Ia percaya bahwa semua hal yang terjadi adalah hasil dari kasih sayang dan doa orang-orang di sekelilingnya.
“Pada suatu saat nanti, kalau hitungannya benar, saya tidak perlu melakukan apa-apa lagi dari royalti itu. Tapi sekarang belum. Tidak apa-apa. Saya senang kalau setiap momen ada lagu saya yang dinyanyikan oleh semua lapisan masyarakat tanpa batas,” ujarnya.
Menurut Yovie, ada nilai-nilai immateriil yang tidak bisa ditukar dengan uang. Salah satunya adalah momen magis saat puluhan ribu penonton di sebuah festival menyanyikan lagu-lagunya. Momen tersebut sering membuatnya merinding karena merasa ada kebesaran Allah yang diberikan kepadanya sebagai pencipta lagu.
Ia sempat bercanda bahwa jika berkarya di negara seperti Amerika atau Korea, hartanya akan jauh lebih melimpah. Namun, hal itu tidak pernah menjadi tolok ukur kebahagiaannya.
Perjuangan untuk Kesejahteraan Sesama Musisi
Yovie juga aktif berjuang demi kesejahteraan rekan-rekan sesama musisi. Ia ingin agar para musisi, baik penyanyi maupun komposer, memiliki nasib yang baik. Menurutnya, kolaborasi adalah kuncinya, bukan persaingan.
“Saya ingin bersama sahabat saya, penyanyi dan komposer, punya nasib yang baik bagi kehidupannya. Lagu itu punya keunikan. Saya ingin penyanyi dan pencipta saling bekerja sama, bukan saling menuntut, karena lagu tidak akan ngetop tanpa kerja sama,” ujarnya.
Yovie menekankan pentingnya simbiosis mutualisme antara pencipta lagu dan penyanyi. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak boleh arogan dengan berpikir bahwa tanpa adanya dirinya, lagu tidak akan sukses. Begitu pula, tanpa adanya penyanyi, lagu-lagunya mungkin tidak akan populer.
“Jadi harus imbang dalam melihat itu. Dua-duanya simbiosis mutualisme,” tutupnya.