InfoMalangRaya.com – Lebih dari 1.000 dokter spesialis, termasuk 400 dokter wanita sudah mendaftar untuk jadi relawan ke Gaza yang terkepung dan merawat ribuan orang yang terluka parah akibat serangan udara yang tak kunjung usai oleh ‘Israel’, kata pejabat Yayasan Kesehatan Alkhidmat.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Sejak Sabtu ketika kami meluncurkan ajakan online bagi relawan kesehatan untuk melayani di Jalur Gaza, lebih dari 1.000 dokter spesialis termasuk ahli bedah ortopedi, pembuluh darah dan bedah umum, ahli anestesi, ahli bedah anak, spesialis perawatan darurat dan kritis serta ginekolog telah mendaftar pada kami untuk membantu saudara-saudara mereka yang terluka dan sakit di Gaza,” kata Dr Zahid Latif, Ketua Yayasan Kesehatan Alkhidmat kepada The News (28/10/2023).
Sistem perawatan kesehatan di Gaza yang terkepung telah runtuh karena penargetan rumah sakit, pembunuhan para dokter dan paramedis oleh Zionis ‘Israel’ serta pemutusan aliran listrik, air dan bahan bakar untuk generator menurut Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan pada hari Rabu.
Kemenkes Gaza menambahkan bahwa di wilayah tersebut ada lebih dari 18.000 pasien, yang sebagian besar tidak dapat memperoleh perawatan karena kurangnya obat-obatan, persediaan medis dan infrastruktur yang rusak.
Ketua Yayasan Kesehatan Al-Khidmat mengatakan 40 persen dari dokter, yang secara sukarela pergi ke Gaza, adalah spesialis medis wanita termasuk ginekolog, dokter anak, ahli bedah dan spesialis perawatan kritis dan menambahkan bahwa beberapa perawat dan tenaga kesehatan lainnya juga telah menyatakan kesediaan mereka untuk melayani di fasilitas kesehatan di Gaza yang terkepung.
Dia mengatakan bahwa pihaknya telah mendekati kantor negara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Islamabad serta kantor pusat WHO Emro di Kairo, Mesir untuk memberi tahu mereka tentang kesediaan tenaga kesehatan Pakistan mengirim sukarelawan di Gaza kapan pun mereka diizinkan memasuki zona perang oleh ‘Israel’ dan Mesir.
“Kami sangat mengetahui bahwa saat ini, hampir tidak mungkin untuk pergi ke Gaza karena perang yang sedang berlangsung, namun kami berada di bawah tekanan yang luar biasa dari persaudaraan tenaga kesehatan Pakistan untuk membuat pengaturan agar mereka dapat pergi ke Gaza. Saat ini, WHO dan organisasi mitra kami belum memberikan sinyal hijau untuk mengirim tenaga kesehatan ke negara tetangga Israel untuk bertugas di Gaza,” tambah Dr Zahid Latif.
Menjawab pertanyaan, ia mengatakan Yayasan Al-Khidmat juga mengirimkan obat-obatan, perlengkapan medis, peralatan kebersihan dan peralatan persalinan yang aman ke Gaza melalui Otoritas Manajemen Bencana Nasional (NDMA), sementara makanan dan barang-barang penting lainnya dikirim ke organisasi mitra yang berbasis di Turki, yang beroperasi di Gaza.
“Ada sekitar 50.000 wanita hamil di Gaza, yang membutuhkan bantuan medis untuk persalinan yang aman dan pada saat sebagian besar fasilitas kesehatan telah dihancurkan oleh pasukan Israel, persalinan yang aman hanya bisa dilakukan di rumah-rumah di mana mereka membutuhkan peralatan persalinan yang aman dan kesadaran yang tepat,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa pihaknya juga sedang berusaha menyiapkan beberapa materi penyuluhan dalam bahasa Arab untuk para wanita dan anak-anak di Gaza.
Menurutnya, para tenaga medis yang tergabung dalam Pakistan Islamic Medical Association (PIMA) dan beberapa lainnya yang berafiliasi dengan asosiasi medis lainnya, telah dua kali bertugas di Gaza di masa lalu, namun menambahkan bahwa saat ini situasinya sangat sulit karena seluruh infrastruktur perawatan kesehatan telah dihancurkan oleh ‘Israel’ di Gaza yang terkepung.*