Infomalangraya – MALANG KABUPATEN – Hari raya Waisak 2567 di Candi Sumberawan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang berlangsung khidmat, kemarin (4/6). Bhante (guru) dari Thailand turut hadir dalam perayaan hari suci umat Buddha di candi yang ditemukan pada 1904 itu.
Pantauan Info Malang Raya Radar Malang, ratusan umat Buddha berkumpul sejak pukul 10.00. Ini karena detik-detik Waisak dimulai pada pukul 10.41. Mereka menggunakan busana tradisional seperti kebaya hitam, baju kuning, hingga berwarna putih. Ratusan umat memanjatkan doa-doa parita dalam detik-detik Waisak.
Usai memanjatkan doa, terdapat penampilan dari 34 siswa Sekolah Minggu Buddha. Mereka membawakan lagu-lagu yang menceritakan sosok sang Buddha lewat kesenian Karawitan. Di antaranya lagu berjudul Perahu Layar, Lentera, Tri Ratna, dan Malang Potensi. Selanjutnya, lima siswi maju menyuguhkan Tari Topeng Bapang.
Juru Pelihara Candi Sumberawan Dika Maulana mengatakan, perayaan Waisak tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Waisak kali ini terasa lebih meriah dengan kesenian yang disuguhkan para pelajar. ”Selama dua tahun pandemi, di sini (Candi Sumberawan, Red) tidak ada ibadah. Lalu tahun 2022 mulai digelar, tapi tidak ada penampilan kesenian,” ungkap dia di sela-sela acara.
Selain bhante dari Thailand, lanjutnya, sebelumnya ada bhante asal Singapura atau daerah-daerah di sekitar Malang seperti Ngadas, Batu, hingga Trawas.
Dika melanjutkan, Candi Sumberawan merupakan satu-satunya candi di Jawa Timur yang berbentuk stupa. Sehingga setiap tahun candi tersebut menjadi jujukan umat Buddha merayakan hari besar Waisak. “Di samping itu, dari aspek sejarahnya Candi Sumberawan pernah disinggahi raja pada zaman Hindu-Buddha, yakni Raja Hayam Wuruk tahun 1399,” imbuh dia.
Setelah penampilan kesenian, umat Buddha beristirahat sejenak sebelum akhirnya kembali melaksanakan ibadah. Yakni pradaksina atau memutari candi sebanyak tiga kali untuk melakukan penghormatan. Dipimpin bhante yang bernama Kittichai, umat Buddha memutari candi sembari membawa bunga bakung berwarna merah dan melati. Sebagian besar juga tidak menggunakan alas kaki.
Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Kabupaten Malang Mistono menambahkan, ada sekitar 200 orang yang mengikuti prosesi ibadah mengelilingi candi seluas 6.25 x 5.23 meter persegi tersebut. Mereka berasal dari enam sekte, yakni Maitreya, Tantrayana, Mahayana, Buddha Jawa Wisnu, Tera Vada, dan Buddha Jawasanyata. “Setelah pradaksina, seluruh umat melakukan ibadah berdasar sektenya masing-masing. Kemudian bhante memberikan pemaparan salah satunya soal welas asih,” terang Mistono.
Sementara itu, salah seorang pandita bernama Ngatono menjelaskan, Waisak merupakan ibadah yang dilakukan sejak dulu. Di Malang Raya, Candi Sumberawan menjadi tempat berkumpul enam sekte. ”Melalui ibadah bersama ini, kami berharap enam sekte bahu membahu dan menjaga rasa seduluran,” ucap dia. (mel/dan)