Kota Batu – Berawal dari kesukaannya mengoleksi helm full face, jurnalis di Kota Batu ini malah kebanjiran order. Adalah Eko Sabdianto, A.Md. Par yang semula dirinya tak menyangka, jika beberapa helm koleksinya itu ditawar dan kemudian dibeli oleh teman-temannya dari sesama komunitas motor pada saat touring bareng beberapa waktu lalu.
Pada hal menurutnya, beberapa dari helm koleksinya itu merupakan produk repaint yang sengaja didesain dan dimodifikasi menyerupai dengan aslinya, walaupun ada diantaranya yang juga original.
Kepada awak media, Dian sapaan akrabnya menceritakan ihwal bisnis helm yang tengah digelutinya sejak 2017 hingga pada saat ini.
“Jadi memang awalnya saya tidak menyangka mengapa mereka bisa tertarik dengan helm koleksi saya. Sebab, saya sengaja merepaint helm full face biasa kepada seorang teman menjadi ala-ala motoGP,” tuturnya, Selasa (16/8/2022) siang.
Saat disinggung soal repaint helm, pria jebolan Akademi Pariwisata dan Perhotelan ini mengungkapkan, jika dirinya mempercayakan repaint helm tidak kepada sembarang orang.
“Terus terang, saya mempercayakan repaint helm kepada salah seorang teman yang yang sudah berpengalaman. Jadi, tidak asal merepaintkan helm kepada orang sembarangan,” ungkap dia.
Dian yang juga anggota CBR K-49 Community Malang ini menambahkan, jika saat ini terutama pada Minggu, banyak orang-orang yang meluangkan waktu liburannya dengan Sunmori (Sunday Morning Ride-red).
“Ya, mungkin karena Sunmori saat ini menjadi salah satu tren atau kegiatan yang sangat populer sekarang. Karena bukan hanya didominasi oleh kaum muda millenial saja, akan tetapi juga banyak orangtua pun yang turut serta,” ungkapnya.
Menurutnya, dewasa ini banyak sekali bikers yang berburu helm ala-ala atau repaint untuk dijadikan helm kedua bagi mereka.
“Jadi rata-rata memang mereka membeli helm yang menyerupai motoGP bukan untuk dipakai harian. Melainkan, mereka cenderung memakainya hanya pada saat Sunmori saja,” papar dia.
Pria yang gemar hobi fotografi ini mengungkapkan, jika memulai suatu usaha seperti dengan berbisnis helm tidak perlu untuk mempunyai toko.
“Karena seperti yang kita tau, bahwa sekarang ini zamannya sudah era digital, penjual bisa menawarkan dagangannya melalui media sosial, seperti facebook, instagram maupun grup-grup WhatsApp. Jadi yang terpenting, kita harus mempunyai barang dan ada kemauan berusaha untuk memfoto dengan tujuan mengenalkan produk yang akan kita pasarkan kepada konsumen,” tukasnya.
Kendati menggunakan mekanisme berjualan online, lanjut Dian yang juga anggota Helmet Lovers Indonesia ini, calon pembelipun tidak boleh percaya begitu saja dengan helm yang ditawarkan oleh si penjual.
“Karena hasil foto biasanya tidak sesuai dengan barangnya, dan untuk menghindari rasa kecewa atau penipuan, hendaknya bagi calon pembeli bisa memantau langsung atau sistem COD. Sehingga barang bisa sesuai dengan ekspektasi,” beber dia.
Saat ditanya berapa harga helm yang biasa dijual, dan apakah yang di repaint helm asli atau bukan, Dian mengungkapkan, jika itu tergantung dengan tingkat kerumitan desain repaint dan pasaran helm itu sendiri, serta keadaan barangnya.
“Kalau helmnya memang asli, contoh KYT TT Course Jaume Masia kita repaint SUOMY ala-ala motoGP yang dipakai Andrea Dovizioso, dan kalau harga sih memang bervariasi ya, sekitar Rp 1,5 juta sampai Rp 2,5 jutaan lah. Tapi, jika helm yang sedang viral atau banyak diburu orang bisa mencapai 5 jutaan ke atas. Seperti helm limited edition. Kebetukan, saya punya NHK GP Prime dan R6 edisi Mandalika Racing Team Indonesia plus dengan sertifikatnya. Dan biasanya, walaupun ajang motoGP Mandalika telah usai, tapi helm ini banyak diburu oleh para kolektor helm di seluruh Indonesia,” pungkasnya.
Tertarik mendapatkan penghasilan tambahan? Pilihannya bisa memulai bisnis berjualan helm dengan cara online, sebab bisnis penjualan perangkat safety yang wajib untuk berkendara ini tidak memerlukan modal yang besar dan bisa dilakukan sebagai usaha sampingan di rumah. (Redaksi)