Bripda Ahmad Bikhar Isyqi, Polisi yang Hafal 30 Juz Al-Quran

MALANG RAYA182 Dilihat

Infomalangraya – Ahmad Bikhar Isyqi termasuk polisi plus. Dia hafal 30 juz Al-Qur’an, keistimewaan yang tak biasa di kalangan aparat kepolisian.
AFIFAH RAHMATIKA FURZAEN
USAI makan siang di kantin Mapolres Batu, Bripda Bikhar bergegas menuju ke ruang kerjanya, Rabu lalu (24/5). Setiap langkah kakinya diiringi alunan ayat-ayat suci Al-Quran. Pria 22 tahun itu terbiasa melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di sela-sela kesibukannya menjalankan tugasnya sebagai polisi.

Kebiasaannya membaca Al-Qur’an itu mencerminkan Bripda Bikhar sebagai polisi yang hafidz (hafal) 30 juz. Tentu, tak banyak polisi yang hafal 30 juz. Kemampuannya menghafal 30 juz Al-Qur’an itu jauh sebelum berdinas sebagai polisi.
Mulanya, tidak tebersit di benaknya untuk menjadi hafidz. Dia juga tidak menyangka bakal menjadi polisi seperti saat ini. Semuanya berawal ketika Bikhar kecil menamatkan pendidikannya di madrasah ibtidaiyah (MI) Roudlotul Ulum Mojokerto. Usai wisuda MI, pendidikan setara SD, ayahnya mengarahkan agar Bikhar masuk pondok pesantren (ponpes).
”Kalau orang tua lain, mungkin akan bertanya mau sekolah negeri atau masuk ponpes? Tetapi, Abah saya langsung menyodorkan pertanyaan mau mondok (masuk pesantren) di mana le?,” kenang pria kelahiran Mojokerto itu.
Keluarga besar Bikhar memang mayoritas lulusan pesantren. Tak heran jika ayahnya berharap Bikhar menjadi santri dan mendalami agama. Di antaranya beberapa ponpes yang disurvei, dia memilih nyantri di Jombang, daerah yang tak jauh dari kampung halamannya di Mojokerto.
Nyantri di Tebuiring, Hafalan Satu Halaman per Hari
Di Jombang, dia nyantri di Ponpes Tebuireng sembari mengenyam pendidikan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada 2014. Mendalami agama di pesantren membuatnya nyaman. Usai menamatkan MTs, Bikhar melanjutkan Madrasah Aliyah (MA) di Madrasatul Quran Ponpes Tebuireng.
Selama nyantri, Bikhar belajar menghafal Al-Quran. Setiap hari, dua kali dia menyetorkan hafalan kepada gurunya. Yakni setelah salat subuh dan malam sekitar pukul 21.00 hingga setengah 22.30. ”Kalau mengaji dan setor hafalan itu kan butuh proses. Biasanya membaca seperempat juz, mengulang kembali hafalan (murojaah), dan hafalan satu halaman per hari,” papar pria kelahiran 27 Oktober 2001 ini.
Baginya, menghafal Al-Quran itu butuh istiqamah dan kesabaran yang luar biasa. “Dulu saya punya seorang guru yang tegas. Ketika salah pelafalan ayat Al-Quran, misalnya salah harakat, langsung diminta lanjut besoknya,” ucap Bikhar sambil tersenyum.
Bahkan, dia pernah merasakan titik malas saat mengaji atau hafalan. ”Kalau lelah, saya gak ngaji. Saya tinggal tidur. Kadang teman mengajak ke kantin,” terangnya sambil tertawa lepas.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hingga September 2019 silam, ada sosialisasi dan rekrutmen polisi yang khusus menyaring calon polisi dari jalur hafidz Al-Qur’an. ”Sosialisasi dari Polres Jombang. Waktu itu saya tidak tahu polisi itu apa,” katanya.
Dari ratusan santri, pihak sekolah memilih 5 orang untuk ikut rekrutmen tersebut. Kelima orang itu termasuk Bikhar. Mendengar kabar itu, anak kedua dari empat bersaudara itu sempat kaget. Sebab, dia sama sekali tak memahami bagaimana kinerja polisi. ”Sebenarnya saya ingin kuliah atau nyantri lagi. Karena enam tahun di pondok rasanya seperti masih kurang,” ucapnya.
Seketika itu, Bikhar langsung menghubungi orang tuanya. Sang Abah menyuruhnya mengikuti saja rangkaian tes polisi sesuai arahan pimpinan ponpes. Saat menjalani tes polisi, Bikhar sempat minder. ”Teman-teman sampai les untuk bisa lolos polisi sampai ke Sidoarjo dan Malang. Saya justru tidak tahu kalau ada les khusus masuk polisi,” imbuhnya.
Ada beberapa tahapan di tes masuk kepolisian. Mulai tes akademik, psikologi, jasmani, hingga musabaqah quran. Sedangkan, Bikhar hanya berorientasi ke Quran.
Selanjutnya, pada 19 Desember 2019 lalu, Bikhar berhasil Wisuda Hafidh Quran. Rasa haru dan bangga dirasakannya. Perjuangan enam tahun mengantarkannya menjadi penghafal 30 juz. Selang beberapa waktu, hasil tes polisi akhirnya diumumkan. Nama Bikhar dinyatakan lolos. Sedangkan empat santri lainnya belum berhasil.
Kabar membahagiakan itu disampaikan kepada kedua orang tuanya. ”Pesan Abah hanya satu. Tolong jaga Al-Qur’an. Meski jadi polisi, jangan tinggalkan Al-Qur’an (ngaji),” kenangnya.
Pesan Abah itulah yang membuat Bikhar rutin membaca ayat suci Al-Qur’an meski sangat sibuk. ”Di tengah kesibukan atau tugas yang padat, saya harus meluangkan waktu untuk mengaji. Entah habis salat atau ketika luang dari tugas,” terang pria yang resmi masuk kepolisian sejak 2021 lalu itu.
Selama dua tahun menjadi polisi, dia pernah bertugas di Polres Jombang. Kemudian dipindah ke Ditsamapta Polda Jawa Timur. Lalu kini ditempatkan di Bagian SDM Polres Kota Batu sampai sekarang. (*/dan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *