InfoMalangRaya – Tahu adalah salah satu produk olahan pangan yang digemari oleh masyarakat Indonesia.
Banyaknya produksi tahu, membuat produsen menghasilkan tahu dengan melewati proses pembuatan yang tidak memperhatikan kebersihan juga SOP produksi bahan.
Hal ini membuat tahu mengandung banyak bakteri. Kandungan air yang banyak dalam tahu dijadikan media perkembangbiakan bakteri dengan cepat, sehingga mempercepat tahu membusuk dan berjamur.
Pengawetan tahu adalah kunci untuk memperpanjang umur simpan tahu yang dilakukan agar tahu dapat bertahan dan tidak cepat membusuk. Pengawetan tahu yang sering dilakukan secara konvensional.
Tetapi, tidak sedikit produsen tahu yang memakai bahan kimia beracun seperti formalin dan metode pengawetan yang berbahaya untuk tubuh.
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan inovasi teknik dan teknologi pengawetan terbaru terhadap tahu. Teknologi plasma dapat memberikan solusi untuk pengawetan non-thermal tanpa merusak kualitas makanan, dan dan tentu saja lebih sehat.
Latar belakang tersebut mendorong lima mahasiswa Universitas Brawijaya lintas jurusan Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan Fakultas Teknik (FT) untuk menciptakan “VETCOM” Teknologi Pengawetan Non-Thermal untuk Memperpanjang Masa Simpan Tahu Berbasis Cold Plasma.
Mereka adalah Graciella Amanda Situmorang (FTP), Nita Catur Wulandari (FTP), Sarah Aqila Luthfia (FT), dan Nanda Azizah Mardotillah (FT).
Tim PKM Karsa Cipta di bawah bimbingan dosen Fakultas Teknologi Pertanian Hendrix Yulis Setyawan, S.TP, MSi. Ph.D.
Ketua Tim Fitri Zahrotun Nabilah menyampaikan, VETCOM mengaplikasikan mekanisme plasma dingin untuk memperpanjang masa simpan makanan dengan memanfaatkan ozon yang mampu mendegradasi bakteri.
Teknologi plasma dingin ini menerapkan metode Dielectric Barrier Discharge (DBD), di mana arus listrik bertegangan tinggi mengalir ke elektroda DBD dan menghasilkan plasma dingin dari perbedaan potensial antara elektroda anoda dan elektroda katoda yang dipisahkan oleh isolator dielektrik akrilik dengan ketebalan 50 mm, sehingga terciptalah ionisasi plasma dingin.
Tahu terpilih menjadi bahan untuk menguji VETCOM karena permasalahan utama dalam produksi tahu adalah masa simpan yang singkat. Karena tahu mengandung air sebanyak 80 persen dan kandungan protein yang cukup tinggi, sehingga menjadi tempat hidup yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
VETCOM memiliki potensi scale up skala industri produsen tahu sebagai upaya mendukung program ketahanan pangan nasional untuk meningkatkan produksi pangan dan pemulihan ekonomi sehingga kebutuhan pangan masyarakat terpenuhi.
“Teknologi plasma untuk pengawetan makanan merupakan solusi yang menarik untuk mempertahankan kualitas tahu dan merupakan teknologi yang menjanjikan untuk masa depan,” tandasnya (M. Abd. Rahman Rozzi)
The post Ciptakan Vetcom untuk Perpanjang Masa Simpan Tahu appeared first on infomalangraya.com.