Dampak Erupsi Gunung Semeru, Bandara Abdulrachman Saleh Malang Ditutup

MALANG RAYA153 Dilihat

InfoMalangRaya – Operasional Bandara Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur ditutup untuk sementara waktu pada Jumat (12/1/2024). Penghentian sementara operasional Bandara Abdulrachman Saleh Malang diumumkan melalui Notice to Airmen (NOTAM) Nomor C0079/24 NOTAMC C0063/24 mulai Jumat pukul 10.00 WIB.
Adapun penghentian Bandara Abdulrachman Saleh tersebut dikarenakan dampak dari abu vulkanik Gunung Semeru. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, M. Kristi Endah Murni mengatakan, abu vulkanik itu terdeteksi berdasarkan hasil pengamatan lapangan berupa paper test, yang dilakukan pada pukul 08.00-08.20 WIB hari ini, Jumat, 12 Januari 2024. “Kami harus melakukan pemberhentian karena alasan keselamatan penerbangan. Sebaran abu vulkanik dapat membahayakan dan menghentikan kerja mesin pesawat terbang,” kata Kristi dalam keterangannya, Jumat (12/1/2024). Kristi menjelaskan melalui Otoritas Bandara Wilayah III Surabaya, pihaknya akan terus melakukan monitoring dan pengawasan perkembangan situasi tersebut. Yakni berupa pengamatan lapangan yang dilakukan dengan interval 30 menit sampai 1 jam sekali, pada beberapa titik di sekitar bandara. Ia pun mengimbau kepada maskapai penerbangan untuk memberikan kompensasi kepada penumpang yang telah membeli tiket. Termasuk opsi full refund, reschedule, ataupun re-route ke bandara terdekat jika seat masih tersedia. “Hal ini diharapkan dapat membantu penumpang yang terkena dampak penutupan bandara,” ujar Kristi. Terkait penanganan erupsi gunung berapi serta penanganan dampak abu vulkanik terhadap operasi keselamatan penerbangan, Ditjen Hubud telah menerbitkan Surat Edaran (SE). “Kami berkomitmen untuk terus memantau situasi dan berkoordinasi dengan stakeholder terkait dalam penanganan force majeure ini agar dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan demi keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan,” ujarnya. Terpisah, Petugas Pos Pengamatan Gunung Api Semeru Mukdas Sofian mengatakan bahwa status Gunung Semeru berada di level III atau siaga per Jumat. Berdasarkan pantauan dari pos pengamatan, erupsi Gunung Semeru menyebabkan 19 kali gempa letusan dengan amplitudo 15-22 mm berdurasi 56-117 detik. Erupsi tersebut juga memicu gempa hembusan sebanyak tiga kali dengan amplitudo 5-6 mm dan durasi 35-42 detik. “Letusan teramati empat kali tinggi asap 300-500 meter warna asap putih kelabu condong ke arah barat daya,” kata Mukdas dikutip dari Kompas.com, Jumat.
Baca Juga :
Tugu Tapal Batas Berangka Tahun 1123 Saka Ditemukan, Diperkirakan Era Raja Kertajaya

Terkait erupsi Gunung Semeru, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga telah mengeluarkan peringatan kepada beberapa wilayah atas potensi awan panas, guguran lava, dan lahar. Potensi tersebut kemungkinan terjadi di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Mukdas menjelaskan, potensi awan panas, guguran lava, dan lahar juga dapat terjadi di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan. “Tim ahli dari PVMBG belum menurunkan status aktivitas. Berarti aktivitas masih tinggi, selain itu tumpukan material vulkanik di kawah masih banyak,” jelas Mukdas. Lebih jauh ia mengatakan jika Gunung Semeru setiap bulan Desember selama tiga tahun ke belakang telah mengeluarkan awan panas. Akan tetapi untuk letusan gunung setinggi 3676 mdpl tersebut, sebenarnya terjadi setiap hari dengan intensitas kecil. “Laporan aktivitas dilaporkan setiap enam jam sekali,” terang Mukdas. Pihaknya pun mengimbau agar warga tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 kilometer dari puncak atau pusat erupsi. Di luar jarak tersebut, warga juga diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. “Karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak,” ungkapnya. “Tidak beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu atau pijar,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *