InfoMalangRaya.com— Pizza Hut Indonesia menutup 20 gerai selama Januari hingga September 2024 akibat efek boikot. Penutupan itu pun diiringi dengan pengurangan karyawan (PHK) sebanyak 371 sampai September 2024.
Dikutip dari detikFinance, dalam laporan keuangan kuartal III 2024 yang belum diaudit, jumlah gerai Pizza Hut pada September 2024 sebanyak 595 atau lebih rendah dibandingkan pada September 2023 sebanyak 615. Artinya ada pengurangan 20 gerai dalam setahun terakhir.
“Sampai dengan tanggal 30 September 2024 dan 31 Desember 2023, Perusahaan mengoperasikan masing-masing 595 dan 615 gerai Pizza Hut di Jakarta dan kota lain di Indonesia,” tulis perusahaan dalam laporan keuangan kuartal III-2024 dalam keterbukaan informasi, Senin (18/11/2024).
Meski kerugian sudah terjadi sejak pandemi Covid-19 pada tahun 2020, manajemen Pizza Hut juga meyakini kalau penurunan penjualan juga salah satunya akibat dampak boikot produk-produk Amerika Serikat dan pro-Israel.
Boikot semakin menguat sejak setahun terakhir, terutama pasca-serangan terjadinya genosida Israel ke Gaza Palestina.
“Pastinya kami terdampak dengan adanya kejadian (boikot produk Israel dan AS) ini,” ujar Direktur Utama PZZA, Hadian Iswara, dalam dokumen public expose dikutip Kompas.
Kondisi Pizza Hut Indonesia ini bisa dibilang bernasib sama dengan jaringan restoran KFC Indonesia, keduanya sama-sama merupakan waralaba asal Amerika Serikat.
Emiten pengelola Pizza Hut yakni PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) telah mencatatkan rugi yang membengkak per kuartal III/2024. Seiring dengan pembengkakan rugi, manajemen PZZA mengungkapkan terdapat sejumlah tantangan, salah satunya genosida di Gaza.
Berdasarkan laporan keuangan, PZZA telah membukukan rugi bersih sebesar Rp96,71 miliar per kuartal III/2024, membengkak 148,25% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp38,95 miliar.
Sementara, penjualan neto PZZA juga jeblok 25,93% yoy menjadi Rp2,03 triliun per kuartal III/2024, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,75 triliun.*