Tanggapan KPK terhadap Dugaan Mark Up pada Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Setyo Budiyanto, memberikan respons terkait pernyataan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD mengenai dugaan penggelembungan anggaran (mark up) pada proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh). Proyek ini menjadi sorotan publik belakangan ini karena nilai investasinya yang mencapai USD 7,27 miliar atau sekitar Rp118 triliun, menjadikannya salah satu proyek infrastruktur terbesar di Indonesia.
Mahfud MD menyebutkan bahwa biaya pembangunan per kilometer di Indonesia mencapai USD 52 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan biaya di Tiongkok yang hanya sekitar USD 17–18 juta per kilometer. Pernyataan ini memicu respons dari KPK yang menyatakan belum menerima laporan resmi terkait dugaan tersebut, namun berharap Mahfud MD dapat menyerahkan data dan dokumen pendukung untuk memperjelas dugaan mark up tersebut.
Setyo Budiyanto menyampaikan bahwa hingga saat ini KPK belum mendapatkan informasi resmi baik dari internal maupun eksternal. Namun, ia yakin Mahfud MD memiliki data tersebut dan menyerahkan sepenuhnya kepada Mahfud apakah akan menyerahkannya kepada KPK atau tidak. KPK juga akan menelaah informasi tersebut terlebih dahulu di tingkat kedeputian untuk menentukan langkah selanjutnya.
Peran KPK dalam Penyelidikan Dugaan Korupsi
Mahfud MD sendiri menegaskan bahwa KPK seharusnya dapat langsung melakukan penyelidikan tanpa harus menunggu laporan resmi. Menurutnya, dugaan mark up ini pertama kali diungkapkan oleh ekonom Political Economy and Policy Studies, Anthony Budiawan. Oleh karena itu, Mahfud menyarankan agar KPK memanggil Anthony Budiawan untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut.
Sebelumnya, Juru Bicara KPK, Budi Prasetyo, mengimbau masyarakat yang memiliki data awal terkait dugaan korupsi proyek Whoosh untuk segera melaporkan secara resmi agar dapat ditelaah lebih lanjut. KPK menegaskan bahwa setiap laporan akan dipelajari dan dianalisis untuk menentukan ada tidaknya unsur tindak pidana korupsi.
Sejarah dan Perkembangan Proyek Whoosh
Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) merupakan inisiatif Menteri BUMN, Menteri Perhubungan, dan Mensesneg di era Presiden Joko Widodo di tahun 2015, yang kemudian mulai digarap pada 2016 dan resmi beroperasi pada Oktober 2023. Proyek ini dijalankan melalui skema business-to-business (B2B) antara konsorsium BUMN Indonesia yang dipimpin PT KAI dan perusahaan Tiongkok, China Railway International dan China Railway Engineering Corporation, tanpa menggunakan dana APBN secara langsung.
Skema pembiayaan proyek ini sempat menjadi sorotan karena pembengkakan biaya dan utang BUMN yang menyertainya. Mahfud MD mengaitkan dugaan mark up dengan beban utang proyek yang diperkirakan mencapai Rp 4 triliun pada tahun 2025. Menurutnya, beban utang ini membengkak akibat perubahan skema pembiayaan dari tawaran Jepang dengan bunga 0,1 persen ke Tiongkok dengan bunga awal 2 persen yang kemudian naik menjadi 3,4 persen akibat pembengkakan biaya.
Meskipun demikian, biaya pembangunan per kilometer proyek Whoosh sebesar Rp 780 miliar dinilai lebih murah dibandingkan proyek MRT Jakarta yang mencapai Rp 1,1 triliun per kilometer. Mahfud juga mendukung sikap Menteri Keuangan Purbaya yang enggan membayar utang Whoosh menggunakan APBN dan meminta pemerintah mengambil kebijakan progresif agar beban utang tidak semakin bertambah.
Kronologi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh)
Berikut adalah kronologi penting terkait proyek ini:
-
Inisiasi dan Perencanaan (2015-2016)
Proyek kereta cepat ini mulai digagas pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pada tahun 2015, pemerintah Indonesia melakukan penjajakan kerja sama dengan Tiongkok untuk pembangunan kereta cepat yang menghubungkan Jakarta dan Bandung. -
Penandatanganan Kontrak dan Mulai Konstruksi (2016-2018)
Pada tahun 2016, konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) resmi dibentuk, yang merupakan gabungan BUMN Indonesia dan perusahaan Tiongkok seperti China Railway International dan China Railway Engineering Corporation. Konstruksi fisik proyek dimulai pada tahun 2018. -
Proses Konstruksi dan Tantangan (2018-2023)
Selama masa konstruksi, proyek menghadapi berbagai tantangan, termasuk pembengkakan biaya dan masalah pembebasan lahan. Nilai investasi proyek mencapai sekitar USD 7,27 miliar atau sekitar Rp118 triliun. -
Operasional dan Peluncuran (Oktober 2023)
Kereta cepat Whoosh resmi mulai beroperasi pada Oktober 2023, dengan rute utama dari Tegalluar (Bandung) ke Halim (Jakarta). Kereta ini mampu menempuh jarak sekitar 142,3 km dalam waktu kurang dari satu jam. -
Kontroversi dan Dugaan Mark Up (2024-2025)
Pada tahun 2024 dan 2025, muncul kontroversi terkait dugaan penggelembungan anggaran (mark up) proyek. Mantan Menkopolhukam Mahfud MD mengungkapkan bahwa biaya pembangunan per kilometer di Indonesia mencapai USD 52 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan biaya di Tiongkok yang hanya sekitar USD 17–18 juta per kilometer. -
Respons KPK dan Pemerintah (2025)
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menanggapi dugaan tersebut dengan meminta data dan laporan resmi untuk menindaklanjuti penyelidikan. Pemerintah menegaskan bahwa utang proyek tidak menggunakan dana APBN dan kewajiban pembayaran utang menjadi tanggung jawab BUMN terkait. -
Kondisi Keuangan dan Beban Utang
Hingga tahun 2025, proyek Whoosh masih menjadi beban keuangan bagi BUMN yang terlibat, dengan utang yang mencapai triliunan rupiah. Pemerintah dan pihak terkait terus mencari solusi agar beban utang tidak membebani APBN dan ekonomi nasional.