InfoMalangRaya.com– Uni Eropa memgamcam akan memberlakukan tarif tambahan bagi mobil-mobil listrik China menyusul hasil penyelidikan menyimpulkan bahwa harga yang ditawarkan China terlalu murah sehingga membahayakan industri otomotif Eropa. Namun Jerman – negara anggota UE dengan perekonomian terkuat – justru khawatir kebijakan UE akan merugikan pihaknya.
“Tarif hukuman yang dikeluarkan Komisi Eropa merugikan perusahaan-perusahaan Jerman dan produk-produk unggulan mereka,” kata Menteri Transportasi Jerman Volker Wissing di platform X.
“Mobil harus menjadi lebih murah melalui lebih banyak kompetisi, pasar terbuka, dan kondisi bisnis yang jauh lebih baik di UE, bukan melalui perang dagang dan isolasi pasar,” kata Wissing, seperti dilansir AFP Rabu (12/6/2024).
Setelah meluncurkan penyelidikan tahun lalu, Uni Eropa pada hari Rabu mengancam akan mengenakan tarif tambahan hingga 38 persen pada impor mobil listrik Tiongkok mulai bulan depan, kecuali Brussels dan Beijing dapat menyelesaikan masalah ini.
Negeri tirai bambu itu adalah pasar yang penting bagi produsen mobil Jerman – khususnya Volkswagen, produsen mobil terbesar di Eropa – dan tokoh-tokoh industri otomotif memperingatkan bahwa tarif baru dapat memicu tindak balasan dari Beijing.
Kanselir Olaf Scholz sendiri pada bulan Mei menggarisbawahi bahwa setengah dari kendaraan listrik yang diimpor dari Tiongkok sebenarnya diproduksi oleh pabrikan-pabrikan Barat.
Menyusul pengumuman UE itu, lewat sebuah pernyataan jubir Volkswagen mengatakan pihaknya menolak pemberlakuan tarif tambahan itu, yang menurutnya, justru akan menghempaskan potensi keuntungan yang akan didapat oleh Eropa dan khususnya industri otomotif Jerman.
Asosiasi industri otomotif Jerman VDA mengaku lebih menyukai “perdagangan yang bebas dan adil”.
Berbagai kebijakan tarif “tidak akan menyelesaikan tantangan” yang dihadapi industri ini, kata presiden VDA Hildegard Mueller. Sebaliknya, dia menyerukan upaya untuk menjadikan Eropa lebih menarik sebagai tempat investasi bagi produsen otomotif.
Ola Kallenius, CEO Mercedes-Benz, juga mengaku khawatir dengan tarif-tarif yang akan diberlakukan UE. “Apa yang tidak kita butuhkan, sebagai sebuah negara eksportir, adalah banyaknya rintangan perdagangan,” kata Kallenius.
“Pencabutan pembatasan dan perluasan perdagangan yang adil dan bebas telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Jadi kita tidak boleh bergerak ke arah sebaliknya sekarang,” imbuh bos Mercedes-Benz itu.
Sementara itu jubir pemerintah Jerman Steffen Hebestreit menyambut baik fakta bahwa Komisi Eropa terlebih dahulu akan menggelar pertemuan untuk menuntaskan perselisihan itu sebelum ketentuan tarif tersebut diberlakukan pada 4 Juli.
“Kita tidak memerlukan hambatan perdagangan lebih lanjut, justru kita harus memfasilitasi perdagangan dunia. Pada saat yang sama, perdagangan itu juga harus tetap… adil,” tegas Hebestreit.*