InfoMalangRaya.com—Meskipun berbagai krisis melanda dunia seperti pandemi Covid-19, perubahan iklim, kesenjangan termasuk adanya teknologi kecerdasan buatan (AI) – yang kerap dianggap sebagai ancaman bagi manusia dalam bekerja—tak membuat generasi muda pesimis menatap masa depan dalam urusan pekerjaan.
‘Survei Harapan dan Ketakutan Tenaga Kerja Global’ yang diterbitkan oleh perusahaan multinasional, PwC menyatakan bahwa hampir 54.000 generasi muda yang bekerja di 46 negara dan wilayah memiliki persepsi positif, terutama terkait keterampilan dan peluang mempelajari pengetahuan baru.
Di antara temuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Lebih dari tiga dari lima pekerja Generasi Z (yang berusia 18 hingga 26 tahun), percaya bahwa mereka akan dibantu oleh pemberi kerja dalam memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi masa depan.
2. 17 persen pekerja Generasi Z khawatir pekerjaan mereka akan diambil alih oleh AI. Namun, 29 persen berpendapat kemajuan AI dapat menciptakan lapangan kerja dan membantu mengasah keterampilan baru.
3. Terdapat kesenjangan yang besar antara pekerja yang memiliki keterampilan atau keahlian dengan yang tidak memiliki keterampilan. 71 persen orang berketerampilan selalu mencari peluang untuk meningkatkan keterampilan baru.
4. 52 persen masyarakat berketerampilan percaya bahwa keterampilan yang mereka miliki akan berubah dalam lima tahun ke depan.
5. Hal ini menunjukkan adanya risiko semakin lebarnya kesenjangan antara prospek pekerja yang memiliki keahlian khusus dan yang tidak.
Selain itu, menurut studi yang dilakukan oleh World Economic Forum (WEF), mereka yang berusia 27 hingga 42 tahun lebih cenderung berpikir bahwa pemberi kerja terlalu fokus pada pengalaman kerja dibandingkan keterampilan yang mereka miliki.
Oleh karena itu, laporan ini menyimpulkan bahwa memprioritaskan keterampilan (yang mengutamakan keterampilan) akan membantu kelompok ini, selain membuka peluang bagi talenta baru di masyarakat.*