Infomalangraya.com –
Dulu kami kuliah di UI,
Kini jadi alumni yang setia,
Organisasi kami terbentuk,
Berjalan dengan lancar tanpa masalah.
Bersatu kita membangun,
Membantu adik-adik yang baru,
Mengenang masa-masa indah,
Di kampus yang dulu pernah kita lalui.
ILUNI FIB UI,
Menyatukan hati yang terpaut,
Untuk mewujudkan cita-cita,
Mencerdaskan bangsa dengan ilmu yang taut.
Kata-kata pada puisi di atas sebagian besarnya (95%) dirangkai oleh Chat-GPT, sebuah aplikasi kecerdasan buatan yang kini sedang ngetren. “Saya hanya mengetik kata kuncinya,yaitu puisi tentang organisasi alumni universitas. Maka, hanya dalam 5 detik kata-kata di puisi itu terangkai oleh ChatGPT,” ujar Patria Pinandita Ginting Suka, Ketua Umum ILUNI FIB UI di Depok, Jawa Barat, pada Minggu (2/4). Puisi itu, kata dia, hanyalah contoh betapa teknologi kecerdasan buatan dapat membantu kerja manusia.
Menurut dia, kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) juga berpeluang untuk dioptimalisasi oleh para penggiat kebudayaan, seiring dengan mudahnya penggunaan teknologi tersebut . Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (ILUNI FIB UI), kata dia, mencermati penggunaan AI di ChatGPT akan berdampak positif terhadap pengembangan kebudayaan.
“Praktisi budaya bisa mengeksplorasi kecerdasan artifisial yang bermanfaat untuk pengembangan kebudayaan. Perpaduan budaya dan teknologi akan mengkreasikan individu yang berkepribadian untuk pengembangan kebudayaan di era digital,” kata Patria.
Patria menjabarkan pengalamannya merangkai kata-kata menjadi puisi selama 5 detik yang menggunakan kecerdasan artifisial di ChatGPT. Puisi itu dibacakannya saat menyampaikan sambutan pada Grand Launching Pengurus ILUNI FIB UI di Kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) di Depok pada Sabtu (25/3).
Kecerdasan artifiisal yang tersemat di ChatGPT ini merupakan teknologi termutakhir yang bisa mengkreasikan beragam karya. Beberapa waktu lalu, ada penyanyi dangdut virtual yang dibuat dari teknologi AI ini. “Teknologi sudah bisa mengerjakan berbagai karya dulu hanya bisa dilakukan oleh manusia. Walau demikian, manusia-manusia Indonesia tidak boleh berhenti mengolah rasa, cipta dan karsa. Kita berkesempatan untuk bergotong royong menempa manusia-manusia Indonesia yang memiliki kepribadian unggul dalam berkebudayaan yang membaurkan budaya dan teknologi agar bermanfaat untuk publik,” ucap Patria yang meraih gelar Master of Arts dari jurusan Advertising & Marketing di University of Leeds, Inggris (2007).
Kecerdasan artifisial, lanjut Patria, dikembangkan oleh pemerintah seiring diluncurkan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045 untuk mengembangkan ekosistem AI di Indonesia. Berdasarkan riset Daily Social, Patria menyebutkan penggunaan AI di Indonesia masih relatif rendah, yakni sebesar 4% dari jumlah responden yang disurvei.
Mayoritas pengguna AI di Indonesia masih dalam fase uji coba AI. “Tren AI akan berkembang dan memberikan peluang kepada dosen, mahasiswa, dan alumni FIB UI untuk mengkreasikan berbagai inovasi, antara lain aplikasi berbasis linguistik atau natural language processing, kearsipan, arkeologi, dan lainnya,” sebut Patria. Ke depannya, riset Daily Social itu mengestimasikan AI berkontribusi senilai US$366 miliar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia di tahun 2030.
Pada kesempatan ini, Dr. Alfian Syahmadan Siagian, S.S., M.Hum, Manajer Kemahasiwaan dan Alumni FIB UI, mengapresiasi peta jalan (road map) yang dicanangkan ILUNI FIB UI yang menautkan budaya dan teknologi untuk pengembangan kebudayaan. “Saya berharap ILUNI FIB UI memberikan dampak nyata terhadap pengembangan kebudayaan dan mahasiswa serta alumni mampu beradaptasi di era disrupsi digital,” ucap Alfian. Penggunaan AI di sektor kebudayaan dan seni, kata dia, telah dilakukan oleh sejumlah negara di Uni Eropa dan diperluas implementasinya di ruang publik.
ILUNI FIB UI berikhtiar untuk memperkokoh ekosistem kolaborasi para dosen, mahasiswa, dan alumni FIB UI serta ILUNI UI melalui serangkaian kegiatan yang akan menyodorkan beragam kegiatan, di antaranya program berbasis budaya, kewirausahaan, ekonomi kreatif, literasi, dan sosial. Program yang berkonsep Kelompok Kerja (Pokja) ini mengedepankan prinsip kolaborasi dan gotong royong dengan seluruh pemangku kepentingan. (M-3)