InfoMalangRaya.com– Anggota parlemen Inggris Layla Moran mengatakan kerabatnya termasuk di antara ratusan warga sipil yang terjebak di sebuah gereja Katolik di Gaza ketika pasukan Israel beroperasi di dekatnya.
Politisi Liberal Demokrat itu mengatakan keluarganya seakan menanti karena tidak ada akses ke makanan fan minuman.
Kerabatnya dan Patriarkat Latin Yerusalem mengatakan seorang ibu dan putrinya terbunuh di dalam kompleks Holy Family Church (Gereja Keluarga Kudus) pada hari Sabtu (16/12/2023) akibat tembakan sniper.
Patriarkat Latin Yerusalem mengatakan dua wanita kristiani – bernama Nahida dan putrinya Samar – ditembak dan mati saat berjalan ke arah sebuah bangunan di kompleks gereja itu yang dikenal sebagai Sister’s Convent.
“Seseorang terbunuh saat dia berusaha membawa orang yang satunya ke tempat aman,” kata Patriarkat itu dalam sebuah pernyataan seperti dilansir BBC. Tujuh orang lainnya ditembak dan terluka ketika mereka berusaha melindungi orang-orang lain di lingkungan gereja pada hari Sabtu. Tidak ada peringatan yang diberikan sebelum penembakan dilakukan.
Sebelumnya pada hari Sabtu, Patriarkat itu mengatakan sebuah tank Israel menembak ke arah bangunan di kompleks gereja di mana di dalamnya terdapat 54 orang cacat. Tembakan itu menimbulkan kebakaran yang merusak generator, satu-satunya sumber listrik di tempat itu. Akibatnya sejumlah orang sakit di sana tidak lagi menggunakan alat bantu pernapasan.
Anggota keluarga besar Moran – terdiri dari nenek, putranya beserta istri dan anak kembar mereka yang berusia 11 tahun – merupakan orang Palestina penganut Kristen yang mencari perlindungan di dalam gereja itu setelah rumah mereka dibom pada pekan pertama perang.
Di sana mereka tinggal bersama puluhan orang lain yang mengisi beberapa ruangan di komplek Holy Family Church selama lebih dari 60 hari.
“Saya tidak lagi yakin mereka akan tetap hidup sampai Natal,” kata Moran kepada BBC, seraya menjelaskan bahwa mereka berkomunikasi lewat WhatsApp meskipun terkendala dengan sambungan internet dan listrik yang tidak lancar.
Anggota keenam keluarga itu – kakeknya – meninggal bulan lalu setelah tidak dapat dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, kata Moran.
Kelima anggota keluarga yang masih hidup mengatakan sekarang mereka tidak lagi memiliki makanan atau air minum, dan pompa air di gereja tidak lagi berfungsi karena generator rusak.
Mereka mengatakan tentara Israel memasuki kompleks gereja dan menguasai salah satu ruangan.
Awal pekan ini, mereka mendengar suara tembakan dan melihat sejumlah selongsong peluru berserakan di area gereja. Mereka melihat dua pria terbunuh saat keluar-masuk gereja – seorang pengumpul sampah dan seorang petugas kebersihan.
Keluarga tersebut mengirimkan sebuah foto, yang menunjukkan dua jasad tergeletak di jalan di luar gedung gereja. Kerabat Moran mengatakan mayat-mayat itu dibiarkan membusuk selama berhari-hari. Foto tersebut juga dilihat oleh BBC, tetapi cerita di seputar gambar yang ditampilkan belum dapat diverifikasi.
Moran mengatakan tidak ada penjelasan mengapa gereja itu dijadikan target serangan, dan tidak ada pemberitahuan sebelumnya bahwa gereja itu akan diserang.
Moran mengatakan bahwa dia sudah mengontak sejumlah negara untuk mengeluarkan kerabatnya dari Gaza, tetapi situasinya sangat rumit.
Dia juga mengatakan bahwa kerabatnya itu sudah mempertimbangkan untuk bergerak ke selatan Gaza supaya dapat menyebrang ke Mesir lewat perbatasan Rafah, tetapi keadaannya sangat berbahaya karena tidak ada gencatan senjata.*
Kerabat Anggota Parlemen Inggris Terjebak di Gereja Katolik Gaza
