InfoMalangRaya.com – Sebuah kesepakatan antara “Israel” dan gerakan perlawanan Palestina Hamas untuk membebaskan sejumlah sandera kemungkinan dicapai dalam beberapa hari mendatang, meskipun belum ada persyaratan yang disepakati, menurut sejumlah pejabat Amerika Serikat.
“Kami rasa kami sudah lebih dekat dari sebelumnya, mungkin pada titik mana pun sejak negosiasi ini dimulai beberapa minggu yang lalu,” ujar Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jonathan Finer pada hari Minggu dalam acara “State of the Union” di CNN.
Para pejabat sangat berhati-hati ketika berbicara secara terbuka mengenai negosiasi penyanderaan ini, karena sifat pembicaraan yang sensitif dan mudah berubah. Namun, mereka telah menjelaskan bahwa tidak ada yang telah diselesaikan.
Sebagai contoh, para pejabat Gedung Putih menolak premis sebuah pemberitaan Washington Post yang melaporkan bahwa sebuah “kesepakatan tentatif” telah dicapai.
Washington Post, mengutip orang-orang yang mengetahui tentang negosiasi tersebut, mengatakan bahwa “Israel” dan Hamas telah mencapai kesepakatan untuk membebaskan sekitar 50 sandera Hamas dan sebagai imbalannya, “Israel” akan menghentikan sementara operasi tempurnya selama lima hari.
Setelah berita tersebut dipublikasikan, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Adrienne Watson, mengklarifikasi di X bahwa tidak ada kesepakatan yang secara resmi dicapai. The Post tidak mengeluarkan koreksi tetapi akhirnya mengubah judul berita untuk menyatakan bahwa kesepakatan itu “hampir” dan bukannya secara tentatif selesai.
Perlawanan Palestina saat ini menahan sekitar 240 sandera. Banyak dari para sandera diyakini berasal dari negara-negara asing, termasuk sekitar selusin warga Amerika. Hamas membebaskan empat sandera setelah negosiasi sebelumnya yang ditengahi oleh Qatar.
Karena kesepakatan gencatan senjata saat ini tampaknya semakin mendekati versi final, berikut adalah beberapa pertanyaan yang masih tersisa dan apa yang kita ketahui sejauh ini.
Kapan kesepakatan akan tercapai?
Jadwal kesepakatan tampaknya telah menjadi hitungan jam dan hari, bukan minggu.
Duta Besar “Israel” Michael Herzog mengatakan dalam acara “This Week” di ABC bahwa “sejumlah besar sandera” dapat dibebaskan “dalam beberapa hari mendatang.”
Wakil Penasihat Keamanan Nasional Finer mengiyakan jangka waktu tersebut dalam wawancara dengan CNN, dan menyatakan bahwa AS bekerja secara intens “dalam beberapa jam dan hari ke depan” untuk mencapai kesepakatan.
Mencapai kesepakatan minggu ini masih belum pasti – berbagai faktor dapat mengganggu dan memperpanjang negosiasi. Namun Herzog dan Finer pada hari Minggu menyatakan optimisme bahwa pembicaraan hampir membuahkan hasil.
“Semakin sedikit kita membahas detailnya, semakin besar peluang untuk mencapai kesepakatan, tetapi ini adalah upaya yang sangat serius,” kata Herzog.
Apa yang menghambat?
Negosiasi dilaporkan telah memasuki tahap akhir dan kini berfokus pada penyelesaian detail-detail yang lebih kecil.
PM Qatar Sheikh Mohammed Bin Abdulrahman al-Thani mengatakan pada konferensi pers hari Minggu bahwa banyak poin-poin utama kesepatakan pembebasan sandera telah diselesaikan dan tersisa menyelesaikan persyaratan logistik.
Negosiasi telah terhenti di beberapa titik selama beberapa minggu terakhir. Sebagai contoh, pada akhir Oktober, perundingan terhenti setelah Hamas menolak untuk bekerja sama hingga “Israel” mengizinkan bahan bakar masuk ke Gaza.
Poin-poin penting lainnya telah diselesaikan, menurut Finer: “Ada beberapa area perbedaan pendapat yang telah dipersempit, jika tidak ditutup sama sekali.”
Pemboman tanpa henti Zionis
Pesawat-pesawat tempur Zionis masih terus membombardir Gaza, menyebabkan jumlah warga Palestina yang syahid terus bertambah.
Ismail Thawabta, juru bicara kantor media pemerintah Gaza, mengatakan bahwa lebih dari 13.300 orang telah terbunuh di daerah kantong yang dibombardir itu.
Angka tersebut termasuk lebih dari 5.600 anak-anak yang terbunuh dalam serangan Israel di Jalur Gaza, kata Thawabta kepada para wartawan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza belum dapat secara teratur memperbarui jumlah korban tewas resminya karena runtuhnya sistem perawatan kesehatan, yang mengumpulkan data.*
Leave a Comment
Leave a Comment