InfoMalangRaya, Indonesia – Gila. Pekan pamungkas Bundesliga 2022-23 benar-benar gila. Istilah Bayern-Dusel kembali bergema karena Bayern Munich menyalip Borussia Dortmund dengan keunggulan selisih gol.
Setelah kalah 1-3 dari RB Leipzig pada pekan ke-33, Bayern memang tak lagi diunggulkan untuk menjuarai Bundesliga musim ini. Hampir semua orang, tak terkecuali fan Bayern, yakin Dortmund yang akan mengangkat Die Meisterschale.
Bukan apa-apa, Dortmund ada di atas angin karena unggul 2 poin. Pada pekan terakhir, tim asuhan Edin Terzic akan menjamu 1.FSV Mainz 05. Sementara itu, Bayern tandang ke markas 1.FC Koeln.
Die Schwarzgelben diprediksi tak akan kesulitan meraup kemenangan dan mengamankan gelar juara. Maklum saja, mereka berbekal 11 kemenangan beruntun di kandang sendiri. Adapun Mainz menelan 4 kekalahan beruntun.
Tak dinyana, Dortmund hanya meraih hasil imbang 2-2. Mereka bahkan sempat tertinggal 0-2 pada babak pertama. Mereka pun harus gigit jari, gagal juara, karena Bayern menang 2-1 di Stadion RheinEnergie.
Hal yang menyesakkan bagi Dortmund, Bayern pun nyaris bermain imbang 1-1. Gol kemenangan Die Roten baru tercipta pada menit ke-89 dari tendangan Jamal Musiala yang baru 4 menit berada di lapangan.
Gelar Berkat Bayern-Dusel
Ketika Bayern Munich merebut gelar dengan cara seperti itu, istilah Bayern-Dusel pun kembali muncul ke permukaan. Secara umum, istilah ini diartikan sebagai keberuntungan yang tak sepatutnya.
Die Roten tak sepantasnya merebut Die Meisterschale. Namun, karena keberuntungan, mereka tetap saja tampil sebagai yang terbaik. Musim ini bukanlah yang pertama Bayern mengalaminya. Sebelumnya, 3 kali ini terjadi.
Pada 1985-86, Bayern inferior terhadap Werder Bremen yang hampir sepanjang musim berada di puncak klasemen. Adapun Bayern hanya sekali berada di puncak, yakni pada pekan terakhir!
Hingga spieltag ke-33, Bayern tetringgal 2 poin dari Bremen. Pekan itu, kedua tim bertemu di Stadion Weser. Andai menang, Die Werderaner akan dipastikan tampil sebagai juara.
Itu hampir saja terjadi. Tuan rumah mendapatkan hadiah penalti pada menit ke-89. Apa lacur, bola hasil eksekusi Michael Kutzop hanya menghantam mistar gawang. Padahal, dia sebelumnya sukses mengeksekusi 10 penalti beruntun.
Kegagalan penalti Kutzop itu jadi sinyal negatif bagi Bremen. Pada pekan terakhir, mereka malah kalah 1-2 di kandang VfB Stuttgart. Sementara itu, Bayern yang menjamu Borussia Moenchengladbach menang 6-0.
Hasil pada pekan terakhir itu membuat Bayern menyalip Bremen di puncak klasemen berkat keunggulan selisih gol. Die Meisterschale pun akhirnya diboyong ke Munich.
2 Musim Dramatis Beruntun
Gelar dengan diwarnai Bayern-Dusel kembali terulang pada musim 1999-00 dan 2000-01. Pada 1999-00, kejadiannya mirip dengan musim 1985-86. Namun, korbannya kali ini adalah Bayer Leverkusen.
Musim itu, Bayern dan Leverkusen bersaing ketat. Sejak pekan ke-13, kedua tim inilah yang menguasai 2 besar dan bergantian jadi tabellenfuehrer. Leverkusen berada di ambang juara setelah menyalip pada pekan ke-30 dan unggul 2 poin saat musim hanya menyisakan satu pekan.
Leverkusen diprediksi tak akan kesulitan mengamankan gelar juara karena hanya akan menghadapi SpVgg Unterhaching. Namun, mereka justru kalah 0-2 dengan salah satu gol berasal dari bunuh diri Michael Ballack.
Pada saat bersamaan, Bayern justru menang 3-1 atas Bremen. Hasil itu membuat Die Roten dan Die Werkself sama-sama mengemas 73 poin. Namun, Bayern tampil sebagai juara berkat keunggulan selisih gol.
Musim Bayern lagi-lagi memastikan gelar juara pada pekan terakhir. Gol tendangan bebas tak langsung Patrik Andersson di dalam kotak penalti membuat mereka imbang 1-1 dengan Hamburger SV.
Hasil imbang itu membuat Bayern unggul 1 poin dari Schalke yang menang 5-3 atas Unterhaching. Andai Die Roten kalah, Die Knappen yang juara dengan keunggulan selisih gol.
Sarkasme untuk Bayern
Menilik sejarahnya, istilah Bayern-Dusel adalah sarkasme bagi Bayern Munich yang kerap meraih kemenangan dengan gol-gol pada pengujung laga. Padahal, mereka sebetulnya tak bermain bagus. Ada bau-bau suap dan keberpihakan wasit.
Istilah ini mulai muncul pada 1970-an. Ketika itu, Bayern bersaing keras dengan Borussia Moenchengladbach. Kedua tim merepresentasikan mazhab berbeda. Die Roten adalah tim pragmatis, sementara Die Fohlen adalah tim dengan sepak bola indah.
Istilah ini terus bergaung dan kian menajam seiring kesuksesan Bayern menyalip Bremen pada pekan terakhir musim 1985-86. Memasuki milenium baru, istilah sarkastis itu tetao berlaku.
Tak terkecuali dalam rentetan gelar yang tak putus diraih Bayern sejak 2013. Pada 2017, Thomas Berthold di Deutsche Welle kembali membahas Bayern-Dusel dengan merujuk pada kiprah Bayern di bawah asuhan Carlo Ancelotti.
Kini, seiring kesuksesan menyalip Dortmund pada pekan terakhir, istilah itu lag-lagi menggema. Kali ini, keberuntunagn Die Roten jauh lebih mengejutkan. Pasalnya, sepanjang musim, sepertinya tak ada Bayern-Dusel.
Musim ini, Die Roten jarang meraih kemenangan dengan gol pada pengujung laga. Lalu, Mereka sepertinya dinaungi kesialan karena ada banyak tembakan yang menghantam tiang dan mistar gawang. Die Roten juga 10 kali diganjar penalti. Itu hanya lebih sedikit dari VFl Bochum.