Media Sosial, Tren Pacaran Remaja Berujung Kehamilan tak Diinginkan

InfoMalangRaya.com—Perwakilan Entitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women) di Indonesia, Nurul Hilaliyah, menyatakan keprihatinannya terkait meningkatnya angka kehamilan remaja yang dipengaruhi oleh penggunaan media sosial.

Menurutnya, kurangnya literasi digital dan pendidikan seksual menjadi faktor utama dalam fenomena ini.

“Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja saat ini. Namun, tanpa pemahaman yang benar tentang konten yang mereka konsumsi, remaja rentan terhadap informasi yang menyesatkan, termasuk mengenai seksualitas,” kata Nurul dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (15/5/2025), seperti dilaporkan oleh Antara.

Nurul menjelaskan bahwa tren kehamilan remaja terutama terjadi pada usia sekolah SMP dan SMA, dengan banyak dari mereka yang memulai hubungan dari perkenalan di media sosial.

Bahkan, data menunjukkan bahwa 35 persen dari kehamilan remaja yang tidak diinginkan terjadi karena interaksi awal melalui media sosial.

Edukasi dan Pengawasan Media Sosial  

Nurul menekankan pentingnya edukasi literasi digital dan kesehatan reproduksi bagi remaja. Ia mengusulkan agar pendidikan seksual yang komprehensif serta edukasi penggunaan media sosial yang bijak dimasukkan dalam kurikulum sekolah.

“Kami mendorong adanya edukasi tentang kesehatan reproduksi, penggunaan media sosial, dan pengawasan dari orang tua. Jangan hanya mengawasi, tapi juga membimbing,” jelasnya.

Selain itu, Nurul mengungkapkan bahwa UN Women telah meluncurkan kampanye media sosial yang bertujuan untuk menyebarkan informasi yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan hubungan yang sehat. Kampanye ini melibatkan influencer dan tokoh masyarakat untuk menjangkau audiens remaja lebih efektif.

Ria Ulina, perwakilan Badan PBB yang berfokus pada masalah kependudukan, pembangunan, serta kesehatan seksual dan reproduksi (United Nations Population Fund/UNFPA), mengungkapkan hal serupa.

Ia mencatat banyak perkawinan anak terjadi bukan karena kekerasan, tetapi karena jatuh cinta yang dimulai dari perkenalan di media sosial.

“Anak-anak sekarang cenderung menikah muda bukan karena terpaksa, tapi karena cinta yang dipengaruhi media sosial. Itu sebabnya edukasi dan literasi digital menjadi penting,” kata Ria, dikutip dari Antara.

Menurut data dari BKKBN, angka kehamilan remaja di Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam dua tahun terakhir. Akses mudah ke konten dewasa di internet dan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak mengenai pendidikan seksual menjadi penyebab utama.

UN Women dan UNFPA sepakat untuk terus meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan seksual dan literasi digital melalui program-program kolaboratif dengan pemerintah dan organisasi non-pemerintah.

“Penting bagi kita semua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung remaja dalam membuat keputusan yang tepat mengenai kesehatan dan kehidupan mereka. Ini adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga,” tutup Nurul.

Dengan meningkatnya kesadaran dan kerja sama dari berbagai pihak, diharapkan angka kehamilan remaja di Indonesia dapat ditekan, dan remaja dapat tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan mendukung.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *