Infomalangraya.com –
DALAM ajaran Islam, jika ingin menghasilkan generasi yang memiliki kemandirian energi dalam dirinya, itu berasal dari makanan dan minuman halal dalam asupannya. Hal itu disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Prof Hamdan Juhannis, di sela waktu menanti waktu berbuka puasa seusai peluncuran zona kawasan halal, aman, dan sehat (KHAS) Lego-Lego, Center Point of Indonesia, Makassar, Sulawesi Selatan.
Dalam kuliah 7 menit (kultum)-nya, Prof Hamdan mempertanyakan sejauh mana pemerintah dan orangtua memperhatikan generasi muda, terutama dalam hal pemberian asupan halal pada anak.
Menurutnya, salah satu hasil dari asupan halal bagi anak akan menumbuhkan generasi yang punya energi positif pada dirinya.
“Sejatinya dalam diri itu ada energi yang sering berserakan, ada energi positif, dan ada juga energi negatif. Tujuan kita berpuasa Ramadan ialah merapikan. Energi-energi yang berserakan dalam diri kita,” seru Hamdan.
Energi yang paling penting dirapikan selama Ramadan, lanjut Hamdan, ialah kontrol diri dan menjaga emosi. “Mereka yang tidak bisa menjaga emosi, energinya banyak terbuang,” lanjutnya.
Sementara itu, inti dari puasa Ramadan, tambah Hamdan, ialah bisa atau mampu mengondisikan energi positif yang ada dalam diri, agar lebih baik dalam mengontrol diri. Dia pun memberikan kiat agar bisa mengontrol diri dari emosi, yaitu jangan sika baper (bawa perasaan) atau gampang tersinggung. “Ciri orang yang mendapat berkah Ramadan, yang bisa mengontrol emosinya, menahan amarahnya. Orang yang demikian insya Allah panjang umur,” kata Hamdan.
“Menunda kemarahan, itu strategis bagus mengontrol emosi, dan orang yang berhasil menunda kemarahan biasa mampu membangun peradaban karena asupan yang halal,” sambungnya.
Mencerahkan
Peningkatan tren ateisme dari tahun ke tahun, menurut Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir, menggambarkan proses islamisasi melalui kekuasaan sehingga melahirkan resistansi dan kelompok dakwah Islam tidak hadir membawa solusi atas keresahan teologis anak-anak muda. “Satu sisi Islam perlu memenuhi kehausan spiritual, dan pada sisi lain, Islam selalu ditampilkan secara verbalistis, pendekatan yang serba bayani, dan pemahaman keagamaan yang semakin rigid. Muhammadiyah memiliki peluang dan ditantang untuk hadir membawa wacana Islam yang memajukan kehidupan, pada saat yang sama, Muhammadiyah dituntut untuk menghadirkan nilai-nilai ajaran agama yang mencerahkan kehidupan,” kata dia di Yogyakarta, Selasa (4/4).
Dari pengalaman Barat itulah, Haedar kemudian mengajukan proposal Islam sebagai agama yang mencerahkan. Pertama, Islam sebagai agama fitrah dan autentik. Kedua, perlu kembali menghadirkan agama sebagai sesuatu yang hanif. Ketiga, beragama yang tengahan. Keempat, beragama yang membawa masyarakat dari kegelapan menuju pencerahan.
Menurut Haedar, tujuan akhir dari agama yang mencerahkan ini ialah membawa Islam sebagai agama rahmat semesta alam. Risalah Islam yang dibawa Nabi akhir zaman itu menebar kebajikan utama dan rahmat bagi semesta alam yang melintas batas. (AT/H-2)