Pemimpin Al-Zaytun AR Panji Gumilang Marah Adanya Usulan Pembinaan dan Pembekuan

NASIONAL177 Dilihat

InfoMalangRaya.com—Pemimpin Pondok Pesantren Al-Zaytun Abdussalam R Panji Gumilang bereaksi kepada tokoh-tokoh yang mendesak agar pemerintah melakukan pembinaan sekaligus melakukan membekukan dan mengambil alih lembaganya karena dianggap telah menyimpang.
Dalam pidato Live Streaming di kanal Yotube Al-Zaytun Official hari Jumat, (28/4/2023) dia menyinggung Majelis Ulama yang berkomentar negatif seoal lembaganya.
“Itu namanya fi qulubihim marodh (di dalam hatinya tertutup, red) fa zādahumullāhu maroḍh.” (Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya), mengutip Surat Al-Baqarah ayat 10.

Ia juga menjawab tuduhan bahwa Al-Zaytun tidak banyak manfaatnya bagi masyarakat. “Hai yang ngaku kiai di sebelah sana, yang ngaku ulama di sebelah sana, berapa ratus meter tanahmu yang kamu berikan pada rakyat untuk digarap? kan itu anggarannya mereka itu dari APBD atau APBN. Sedangkan kita, anggaran kita itu dari dengkul dewe dari keringat dewe dari pikiran sendiri, maka bebas,” katanya.
Dia juga menyinggung orang-orang yang ingin mengacau Al-Zaytun didukung oknum ulama, untuk datang ke pesantrennya. “Didukung oleh orang yang ngaku ulama itu, yang punya majelis, silahkan datang ke sini dan lihat. Jangan takut lapar di sini, masuk sini, “ ujarnya dalam ceramah berjudul “Tausiyah Syaykh Al-Zaytun, Prof. DR. Abdussalam R. Panji Gumilang, M.P pada Dzikir Jumat di Masjid Al Hayat”.
“Hai orang yang mengatakan Al-Zaytun tidak berguna bagi masyarakat Indramayu. Yang mengatakan itu datang ke sini, diundang dengan baik-baik, nanti kita gelarkan karpet merah supaya paham peradaban umat manusia,”  ujar pria kelahiran Desa Sembung Anyar, Kec. Dukun, Gresik Jawa Timur, 30 Juli 1946 ini.
Ia menyinggung ulama-ulama yang mengusulkan untuk mengambilaih keberadaan Al-Zaytun, dengan menganggapnya sebagai bentuk aksi garong (perampokan, red). “Jadi yang mau ngaco itu kan yang mengelompokkan dirinya di ulama kan? Yang di Bandung, entah umatnya yang mana, (katanya) ulama umat, terus menyarankan Al-Zaitun digarong. Istilah diambil alih kan digarong,” ujarnya.
Ia mencontohkan penjajah Belanda, di bawah Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen, yang katanya, saat menaklukkan Jayakarta tidak merampas, tapi membeli tanah. “Jayakarta satu tempat yang hanya satu bau ketika itu dijadikan markas dan dijadikan pusat Batavia. Kata orang sekarang, itu penjajah saja nggak ada yang mau garong itu. Yang ngaku ulama, ulama opo iku, menganggurkan garong,” kata pria yang sempat dikaitkan sebagai Imam Negara Islam Indonesia (NII) Komandemen Wilayah (KW) 9.
Sebelum ini, Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) KH Athian Ali mengatakan Ponpes Al Zaitun pernah menjadi pusat ajaran kelompok aliran sesat. Dalam wawancara dengan Republika Online (Rol), KH Athian mengatakan, tahun 2001, para ulama dan tokoh di Jawa Barat berhasil mengungkap sejumlah ajaran sesat di pesantren yang didirikan dan dipimpin oleh AR Panji Gumilang.
Di antaranya, menurut Kiai Athian dalam wawancara itu adalah tidak wajib melaksanakan shalat lima waktu, bolehnya mencuri harta orang lain, hingga menghukumi kafir orang-orang yang tidak masuk dalam kelompok ajaran Al Zaytun.
Dalam wawancaranya, Kiai Athian  berharap MUI dan tokoh ulama melakukan pendampingan dan bimbingan kepada masyarakat yang pernah masuk dalam kelompok tersebut agar bertobat dan kembali pada jalan Islam.
Ia bahkan berharap MUI dan pemerintah bisa mengambil alih Ponpes Al-Zaytun agar tidak lagi menjadi pusat kelompok aliran sesat. “Menurut saya harus diambil alih kemudian ditangani oleh MUI dibicarakan dengan Kemenag bagaimana penyelesaiannya,” kata dia.
Dikaitkan NII
Sebelumnya, tahun 2011, Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ma’aruf Amin mengatakan, MUI tahun 2002 pernah melakukan penelitian terhadap keterkaitan Ma’had Al Zaitun pimpinan Panji Gumilang dengan NII KW 9.
“Dilihat dari hubungan historis, finansial, dan kepemimpinan, ditemukan indikasi kuat adanya keterkaitan antara Al Zaitun dengan NII KW 9,” kata Kiai Ma’aruf dalam jumpa pers di Kantor MUI, Jl. Proklamasi, Jakarta Pusat, Rabu (11/5/2011) siang.
Menurut Ma’ruf Amin kala itu, penelitian ini diambil dari keterangan berbagai sumber, seperti dari para mantan anggota NII KW 9, orang tua murid Ma’had Al Zaitun, pengurus Forum Ulama Umat Islam (FUUI), maupun mantan Kepala BAKIN, almarhum ZA. Maulani.
Dari keterangan yang dihimpun itu MUI memutuskan bahwa memang ada penyimpangan faham dan ajaran Islam yang dipraktekkan NII KW 9. Penyimpangan itu antara lain penghimpunan dana yang mengatasnamakan ajaran Islam.
Namun dalam penelitian itu MUI belum menemukan penyimpangan ajaran Islam dalam sistem pendidikan, kegiatan belajar mengajar, serta aktivitas ibadah santri di Ma’had Al-Zaitun. “Jadi jika sekarang ada pihak-pihak yang meminta kepada MUI untuk menyikapi masalah NII KW 9 ini, kami tinggal menegaskan kembali hasil penelitian itu,” tandas Kiai Ma’aruf.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *