InfoMalangRaya β Pendik atau M Ruspandi (24), menceritakan detik-detik dirinya berjuang menyelamatkan dua WNA dan Bayu. Hingga kemudian musti menyelamatkan diri. Di tengah cerita, ia memastikan ada korban meninggal berbaju hitam.
Pendik awalnya disebut sebagai tour leader kegiatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Media lain juga menyebutnya sebagai mahasiswa.
Namun saat diwawancarai anggota Polres Malang, POS AL dan relawan PSR, Pendik membantah sebagai guide atau tur leader. Pendik mengaku masuk dalam panitia acara, yakni bertugas sebagai pengawas.
Total ada 17 WNA dan 13 WNI dalam acara itu. Rombongan berangkat dari Hotel Trio 2 Malang dan sampai di Pantai Jembatan Panjang, sekitar pukul 17.30. Di sisi lain cerita saksi, karena petang, rombongan ini tidak masuk memakai tiket.
βSaya bukan guide. Saya sebatas mantau. Mereka tidak boleh deket pulau jembatan panjang, karena arus ombak nabrak karang. Jadi cuma bermain-main. Deket-deket itu saja. Saya peringatkan, teriak, kalau ada yang dekat karang,β awal kisah Pendik.
Bermain-main disebut Pendik, yakni bukan berenang biasa melainkan naik Paddle Board. Istilahnya, Paddle boarding. Yakni alat berupaΒ dayung (paddle) dan papan selancar (board).Β Dilihat dari tekniknya, sebenarnya SUP adalah hibrid dari surfing dan canoeing.
Pukul 08.00 WIB, delapan orang bermain di perairan dekat Jembatan Panjang. Tidak melebihi pulau. Saat memantau, ada seorang mahasiswa atau turis jatuh dan terluka terkena karang. Pendik berusaha mendekat dan mencari alat P3K.
Ia berlari ke warung menanyakan kru lain terkait P3K. Ia juga mencari gunting untuk memotong kain kasa pembalut luka. Dari sinilah, estimasi ketegangan naik.
βSaya balik. Itu pas momennya. Di pojok ada dua orang (Ana dan Janna) kegulung ombak. Pedelnya ke gulung. Temen temen turis dah mengingatkan ke saya. Posisi dah Crowded, β cerita Pendik.
Di saat itu, Pendik lalu melihat Bayu, berangkat sambil membawa paddle baloon. Bersamaan saat memantau perairan, ia melihat paddle lain sudah ke tepian karang dekat pulau. Ada anggapan itu paddle yang dinaiki Made.
βWaktu mau balik, pedel om Made, dah di pinggir karang. Mas Made dah gak kelihatan. Saya kira, dia naik atas, ke karang. Deket jembatan panjang. Tapi saya fokus, obati turis yang luka, β sebut Pendik.
Bersamaan itu, Om Blek dari pihak panitia juga bergerak. βOm blek, lari ke jembatan panjang, teriak nyuruh turis cepet2 balik. Mas Bayu berangkat.Β Saya mantau dari jauh. Lalu dua orang kegulung dah gak karu-karuan. Mas Bayu kegulung ombak juga. Jatuh,β kata Pendik.
Pendik yang sedari awal membawa lifejacket, buat jaga diri akhirnya berinisiatif. Ia berlari membawa satu pelampung dan menuju pulau karang dimana dua WNA terjebak ombak. Sementara paddle board yang dinaiki WNA telah terbawa arus.
βSaya inisiatif. Dulu saya latihan. Independen. Rescue. Kalau ada ombak begitu, rescue gak mungkin di situ (karang) dan harus pakai pengaman. Karena berenangnya pro apapun bakal susah, β ujarnya.
Berpikir cepat dan harus bertindak cepat, Pendik yang memiliki bekal berusaha menyusul Bayu. Ia juga selintas berpikir, dua WNA itu sudah pandai berenang sehingga ia hanya membawa satu pelampung untuk pertolongan.Β
Sampai di tengah, dilihat Pendik, Bayu hendak balik. Terjadi obrolan singkat. Bayu meminta Pendik balik. Namun, Pendik memilih akan menolong dua turis. Belum sampai pulau karang, jarak 10 meteran, ombak datang berulangkali. Ombak kedua membuat Pendik bertemu Bayu lagi.
βSaya ketemu lagi Mas Bayu. Posisi dah panik. Lemes. Dia teriak tolong tolong. Dia terlepas dari pedel nya. Terikat di peedel balon. Bukan papan. Paddle balon itu kempes,β cerita Pendik.
Akhirnya pecah pilihan Pendik. Giliran ia mencari Bayu. Ketemu. Namun ombak besar datang lagi. Ombak ketiga menggulung dan hilanglah Bayu.
βSetelah saya pegang Mas Bayu. Dia sudah berbusa mulutnya. Dia dah tenggrlem. Di hidungnya keluar busa. Tapi masih bisa bersuara. Ada ombak besar. Lepas, β kisah Pendik. (Santoso FN)
The post Pendik, Survivor Selamat, Mengaku Pegang Kaki Mayat appeared first on infomalangraya.com.