Potensi Perikanan dan Kelautan dalam Al-Quran

Isi kandungan Al-Quran tak melulu berisi aqidah, tauhid, ibadah, akhlak, hukum, sejarah atau kisah umat masa lalu, bahkan mengulas potensi perikanan dan kelautan
Oleh: Riza Rahman Hakim
InfoMalangRaya.com | ALLAH menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia. Sebagai petunjuk hidup, Al-Quran akan senantiasa relevan bagi kehidupan manusia di setiap masa dan tempat.
Isi kandungan Al-Quran juga begitu lengkap, terdiri atas aqidah dan tauhid, ibadah, akhlak, hukum, sejarah atau kisah umat masa lalu, serta ilmu pengetahuan (sains) yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya.
Salah satu ilmu pengetahuan yang cukup menarik untuk dikaji dalam Al-Qur’an adalah tentang perikanan dan kelautan. Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang keberadaan laut dan fenomena alamnya.
Dalam Al-Quran kata lautan lebih banyak disebut dibanding daratan. Kata “bahr” (laut) disebut sebanyak 32 ayat, sedangkan kata “barr” (darat) disebutkan 13 ayat. Terdapat 45 ayat bila kedua kata tersebut dijumlahkan, dan apabila diprosentasikan maka akan ditemukan angka 71,11% untuk kata laut dan 28,89% untuk kata darat.
Hal ini sesuai dengan kenyataan ilmiah bahwa sekitar 70% permukaan bumi adalah berupa lautan dan sisanya adalah daratan. Tentu ini semakin menegaskan bahwa tidak ada yang kebetulan di muka bumi, semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, Allah SWT.
Beberapa ayat Al-Quran tentang laut diantaranya terdapat pada Surat: Al-A’raf:138, Al-An’am: 63, Al-Baqarah:164, Al-Isra: 69, Al-Furqan: 53, An-Naml: 61, Ar-Rahman: 19, Ar-Rum: 41, Asy-Syura: 32, Fatir: 12, Yunus: 90, An-Nahl: 14, dan masih ada 20 ayat lainnya.
Dari banyaknya ayat tentang laut dalam Al-Quran tersebut, terdapat satu ayat yang menjadi inspirasi pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan secara mendasar, yaitu pada Surat An-Nahl ayat 14,
وَهُوَ الَّذِيْ سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوْا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl : 14)
Ayat ini cukup fenomenal dan dapat dijadikan landasan filosofis dalam menggali potensi perikanan dan kelautan untuk kesejahteraan manusia. Dalam Surat An-Nahl ayat 14, ada 5 hal penting yang bisa dijadikan inspirasi untuk pemanfaatan potensi perikanan dan kelautan. 
Inspirasi pertama, “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan dari padanya daging yang segar (ikan).” Tafsir dari potongan ayat tersebut, menurut Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah adalah ‘Allah menundukkan lautan bagi kalian agar kalian dapat memakan daging yang lembut dan nikmat dari ikan dan sejenisnya’.
Semua jenis hewan di laut termasuk ikan yang ada di dalamnya telah dijamin kehalalannya. Begitu istimewanya ikan ini hingga bangkai ikanpun juga halal. Seperti ditegaskan dalam Al-Qur’an, Surat Al-Maidah ayat 96;
اُحِلَّ لَـكُمۡ صَيۡدُ الۡبَحۡرِ وَطَعَامُهٗ مَتَاعًا لَّـكُمۡ وَلِلسَّيَّارَةِ‌ ۚ
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.”   (QS. Al Maidah: 96).
Kemudian juga disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah; “Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (HR. Ibnu Majah no. 3314)
Keistimewaan ikan lainnya adalah sebagai sumber protein hewani yang memiliki kandungan gizi sangat baik, yaitu: memilki protein yang tinggi dan asam amino yang baik, penyedia lemak baik bagi tubuh (asam lemak tidak jenuh, EPA dan DHA), sumber vitamin (vitamin A, B1, B2, dan D), serta sumber mineral yang baik bagi tubuh (zat besi, yodium, selenium, dan zink).
Dengan kandungan gizi ikan yang sangat baik tersebut, maka ikan menjadi salah satu makanan favorit bagi penduduk seluruh dunia. 
Kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat setiap tahunnya tetap membutuhkan ketersediaan ikan yang sangat besar, karena sebagai salah satu bahan makanan untuk mencukupi kebutuhan protein bagi manusia.
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) melaporkan,  bahwa pada Tahun 2021 angka konsumsi ikan secara global sebanyak 180,07 juta metrik ton. Angka tersebut meningkat 1,02% dibandingkan rata-rata konsumsi tahun 2018-2020 yang sebesar 178,3 juta metrik ton.
Dan di tahun 2030, angka konsumsi ikan dunia diprediksi mencapi 200,6 juta metrik ton.
Menurut worldatlas.com, ada 5 negara yang memiliki jumlah konsumsi ikan tinggi per tahunnya, yaitu China (2,04 juta ton), Myanmar (1,50 juta ton), Vietnam (1,15 juta ton), Jepang (730.783 ton), dan India (486.967 ton).
Sedangkan Indonesia berada diurutan no.9 dengan jumlah 135.624 ton per tahun. Saat ini China menjadi negara penghasil ikan laut terbesar di dunia dan sekaligus juga menjadi negara yang terbesar jumlah konsumsi ikannya.
Ikan maupun hewan akuatik lainnya yang terdapat di laut dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan 3 jenis usaha perikanan, yaitu perikanan tangkap, perikanan budidaya (akuakultur), dan pengolahan ikan. Sudah jutaan orang yang terlibat secara langsung dalam usaha perikanan tersebut.
Melihat begitu besarnya potensi perikanan ini, maka manusia juga terus mengembangkan teknologi untuk menggali potensi tersebut. Dan yang lebih penting dalam pengelolaannya harus berkelanjutan, yaitu memperhatikan aspek ekologi, ekonomi dan sosial, agar sumberdaya tersebut tetap bisa dinikmati oleh generasi berikutnya.
Inspirasi Kedua, “dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai”. Menurut Tafsir Al-Wajiz karya Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili adalah ‘Kamu juga dapat mengeluarkan berbagai perhiasan yang dapat kamu pakai berupa mutiara dan marjan dari lautan itu.’
Selama ini perhiasan dari lautan yang paling populer adalah kerang Mutiara, meskipun ada juga perhiasan dari terumbu karang. Peruntukannya pun juga berbagai macam, bisa dijadikan kalung, cincin, gelang, dan lainnya.
Pasar mutiara dunia saat ini didominasi oleh empat jenis, yaitu: 1) Mutiara Laut Selatan (South Sea Pearl) yang diproduksi oleh Indonesia, Filipina, Myanmar dan Australia, 2) Mutiara air tawar (Fresh Water Pearl) yang diproduksi oleh China, 3) Mutiara Akoya (Akoya Pearl) yang diproduksi oleh China dan Jepang, dan 4) Mutiara Hitam (Black Pearl) yang diproduksi dari Tahiti.
Dengan kemampuan kecerdasannya, manusia telah mengembangkan teknologi untuk memanfaatkan kerang mutiara ini menjadi perhiasan yang bernilai tinggi. Saat ini yang masih menjadi primadona adalah jenis Mutiara Laut Selatan dengan keindahan kilau cahayanya. Mutiara ini didapat dari jenis kerang Pinctada maxima yang dibudidayakan dalam waktu 2-3 tahun, dan bisa mencapai harga diatas 2,5 juta per butirnya.
Indonesia merupakan produsen Mutiara Laut Selatan terbesar di dunia, dengan produksi mencapai 70 persen dari total produksi global. Beberapa alasan mengapa Indonesia menjadi produsen terbesar Mutiara Laut Selatan diantaranya lingkungan perairan yang mendukung, keanekaragaman hayati, serta pengalaman dan keteRamapilan dalam budidaya kerang mutiara yang sudah lama dilakukan.
Menurut data BPS 2022 yang diolah oleh Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), mencatat bahwa ekspor mutiara Indonesia mencapai 44,4 juta dolar pada 2021. Dengan sentra budidaya mutiara tersebar di Provinsi Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, dan Papua.
Inspirasi Ketiga: “dan kamu melihat bahtera berlayar padanya”. Penjelasan dari potongan ayat tersebut, menurut Tafsir Al-Mukhtashar (Markaz Tafsir Riyadh) adalah ‘Kamu melihat kapal-kapal membelah ombak lautan, kalian menaiki perahu-perahu untuk mencari karunia Allah berupa laba perdagangan’.
Di sini Allah SWT telah memberikan pesan secara eksplisit, bahwa manusia dengan kecerdasannya telah melahirkan teknologi kapal laut sebagai transportasi utama untuk perdagangan. Hampir semua kegiatan ekspor-impor perdagangan dunia skala besar dilakukan melalui alat transportasi kapal laut.
Selain itu, kapal laut juga digunakan untuk transportasi penumpang umum antar pulau maupun antar negara serta untuk kapal penangkapan ikan.
Dalam konteks di Indonesia, berdasarkan laporan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah armada kapal laut di Indonesia sebanyak 72.313 unit pada 2021. Data BPS 2023 mencatat, selama Januari – Agustus 2023, jumlah penumpang mencapai 13,2 juta orang atau naik 11,81 persen dibanding dengan periode yang sama tahun 2022, sementara jumlah barang yang diangkut naik 9,78 persen atau mencapai 230,7 juta ton.
Kemudian nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 291,90 miliar pada 2022. Sebanyak 95,4% dari total nilai ekspor Indonesia pada 2022 dimuat dengan menggunakan moda transportasi laut, Tercatat, nilai ekspor melalui transportasi laut mencapai US$ 278,86 miliar atau naik 27,20% dari tahun sebelumnya. Begitulah inspirasi dari ayat ini, yang akhirnya menjadikan transportasi laut menjadi jantung aktivitas perdagangan internasional.

Dakwah Media BCA – Green

Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal InfoMalangRaya (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/

Ayat tentang kapal dan bahtera di laut juga terdapat pada Surat; Asy Syura: 32, Ar Rahman: 24, Ibrahim: 32, Al Hajj: 65, Al Baqarah: 164, Al Israa’: 66 dan Al Jatsiyah: 12.
Inspirasi Keempat: “dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya”. Berdasarkan Tafsir Kementerian Agama RI dinyatakan, ‘Dan Dia menundukkan laut agar kamu dapat memanfaatkannya dan mencari rezeki dari sebagian karunia-Nya yang terdapat di sana.’
Menurut Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir karya Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah dikatakan, ‘agar kalian dapat berdagang dengannya sehingga kalian mendapatkan keuntungan yang merupakan bagian dari karunia Allah.’
Pesan ayat ini sangat kuat tentang Maha Kuasanya Allah, agar manusia dapat memanfaatkan potensi laut yang begitu besarnya untuk mendatangkan rezeki dan kemakmuran umat manusia.
Adanya potensi laut ini kemudian muncullah aktivitas bidang kemaritiman yang meliputi: transportasi dan perhubungan laut, pelabuhan laut, perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri bioteknologi, pariwisata bahari, serta energi dan mineral lepas pantai.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia tentu berpeluang untuk menjadi poros maritim dunia. Hal ini telah ditegaskan dalam Buku Besar Maritim Indonesia Seri 5 tentang Industri dan Ekonomi Maritim (2019), bahwa Indonesia adalah salah satu negara kepulauan (archipelagic state) terbesar di dunia dengan potensi pesisir sebesar Rp 650 triliun, bioteknologi Rp 480 triliun, perikanan Rp 380 triliun, minyak bumi Rp 252 triliun, transportasi laut Rp 240 triliun, dan wisata bahari sebesar Rp 24 triliun per tahun.
Inspirasi Kelima: “dan supaya kamu bersyukur.”  Menurut Tafsir Al-Muyassar (Kementerian Agama Saudi Arabia) dinyatakan, ‘Dan mudah-mudahan kalian mensyukuri Allah atas besarnya kenikmatanNya kapada kalian, sehingga tidak menyembah selainNya.’ Kemudian dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah dikatakan, ‘kalian dapat bersyukur kepada Tuhan kalian dengan perkataan dan perbuatan atas segala kenikmatan yang tidak terhitung ini.’ An-Nahl ayat 14 ini ditutup dengan pesan yang dalam maknanya.
Ketika manusia sudah dapat memanfaatkan potensi perikanan dan kelautan untuk mendatangkan rezeki baginya, maka jangan lupa untuk bersyukur atas nikmat yang telah dianugerahkan-Nya. Allah telah memberikan kepada hambaNya hal hal yang menjadi kemaslahatan dan kepentingan mereka, bahkan melebihi apa yang mereka cari dan lebih tinggi daripada sesuatu yang mereka harapkan.
Sebagai bentuk rasa syukur, maka sudah selayaknya manusia memanfaatkan dan mengelola potensi laut ini dengan bijak dan bertanggungjawab agar bisa berkelanjutan (sustainable). Sehingga perlu menjadi renungan bersama dari ayat ini;
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 13).*
Dosen Prodi Akuakultur/Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *