Infomalangraya – MALANG KOTA – Sejak dibangun 2003 lalu, Pasar Buku Wilis belum pernah mendapat perbaikan yang signifikan.
Tahun ini, setelah bertahun-tahun tidak ada perhatian, pasar di Jalan Simpang Wilis Indah bakal direvitalisasi.
Rencananya, revitalisasi itu bakal dilakukan bulan depan.
Kemarin (22/5), para pedagang juga sudah duduk bersama dengan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang untuk membahas revitalisasi di Pasar Buku Wilis.
Sebelumnya, Diskopindag Kota Malang sempat memaparkan konsep revitalisasi Pasar Buku Wilis.
Pasar tersebut akan direvitalisasi dengan nuansa kolonial dan heritage.
Namun, dalam prosesnya tidak semua bagian bangunan dirombak.
Hanya beberapa bagian yang diperbaiki.
Seperti atap, karena sering bocor.
Selain itu, juga ada penambahan fasilitas parkir dan toilet.
Tujuannya untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung
”Untuk revitalisasi Pasar Buku Wilis, kami menyiapkan anggaran sebesar Rp 1,5 miliar,” kata Kepala Diskopindag Kota Malang Eko Sri Yuliadi.
Sebenarnya, pihaknya sudah merencanakan konsep revitalisasi, tetapi yang menjadi masalah utama sejak dulu adalah atap yang bocor.
Sehingga setelah berdiskusi bersama pedagang Pasar Buku Wilis, pihaknya akan fokus memperbaiki bagian atap.
Eko mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan pengecekan bersama perwakilan pedagang.
Dia melihat, di bagian barat pasar terdapat tembok yang tinggi.
Di sana terdapat talang yang miring terlalu ke timur.
Itulah yang membuat pasar selalu bocor saat hujan.
Untuk itu, atap pasar harus segera diperbaiki.
Jika perbaikan dilakukan, maka secara otomatis pedagang akan direlokasi sementara.
Namun, pejabat eselon II B Pemkot Malang itu meminta masyarakat tidak khawatir.
Sebab, relokasi akan dilakukan di lahan parkir Pasar Buku Wilis.
Itu agar tempatnya tidak jauh dari lokasi semula.
Selain itu, selama proses revitalisasi, pihaknya tidak akan menarik retribusi.
”Kami menargetkan revitalisasi bisa dimulai bulan depan dan selesai November mendatang. Sementara relokasi akan kami siapkan dalam bulan ini,” lanjut Eko.
Relokasi, kata dia, juga mendengarkan keinginan pedagang yang ingin dilakukan secara bertahap.
Mengingat lahan parkir di Pasar Buku Wilis tidak bisa menampung seluruh pedagang dan barang jualan mereka.
Itu karena di Pasar Buku Wilis terdapat 68 kios dan 60 pedagang.
Diskusi antara dua pihak ini juga disaksikan langsung oleh konsultan Hendro Purnomo.
Hendro menjelaskan, kemungkinan kontraktor akan membuat talang di bagian belakang pasar.
”Yang jadi tantangan posisi talang di belakang pasar. Ada pohon-pohon yang daun-daunnya berguguran, sehingga menyebabkan saluran tersumbat. Jadi memang harus sering-sering dirawat,” jelasnya.
Sementara itu, Koordinator Pedagang Pasar Buku Wilis Muharto tampak sedikit lega usai bisa berdiskusi bersama diskopindag.
Menurut dia, problem mendasar di Pasar Buku Wilis memang talang.
Dia menjelaskan, selama 20 tahun berdiri, para pedagang sebenarnya sudah berupaya melakukan perbaikan secara mandiri.
Total, ada tiga kali perbaikan yang dilakukan secara swadaya, melalui corporate social responsibility (CSR), dan bantuan dari Pemkot Malang.
”Hanya saja, kemarin kan rencana revitalisasi hanya berupa sosialisasi, tapi kurang detail. Nah, sekarang kami meminta kejelasan sedetail-detailnya. Kami pokoknya ingin agar tidak bocor lagi,” tegas dia.
Selain revitalisasi, Muharto berharap agar ada bantuan untuk melakukan promosi.
Sebab pasca pandemi melandai, penjualan di Pasar Buku Wilis baru merangkak kembali.
Dia memperkirakan peningkatannya baru 15 persen.
Sementara, tidak semua pedagang bisa berjualan melalui online karena belum melek teknologi. (mel/by)