InfoMalangRaya.com– Rusia membuka kembali kedutaan besarnya di Burkina Faso setelah ditutup selama lebih dari 30 tahun.
Burkina Faso selama ini dikenal sebagai sekutu dekat bekas penjajahnya, Prancis, tetapi mulai berpaling ke Rusia menyusul kudeta militer pada 2022.
Prancis mengecam kudeta di Burkina Faso, serta di negara tetangganya Mali dan Niger.
Belum lama ini junta militer mengusir diplomat-diplomat Prancis dan menutup pangkalan militer Prancis yang ada di negara itu.
Pada saat yang sama junta memperbaiki hubungan diplomatik dan militernya dengan Rusia.
Pada bulan Juli saat pertemuan tingkat tinggi Rusia-Afrika di St. Petersburg, Presiden Vladimir Putin mengumumkan rencana pembukaan kembali kedutaan besar Rusia di Burkina Faso.
Kedutaan tersebut ditutup pada tahun 1992 ketika Moskow mengurangi keterlibatannya di Afrika menyusul berakhirnya Perang Dingin dan runtuhnya Uni Soviet.
Upacara pembukaan kembali Kedutaan Rusia di Burkina Faso digelar di ibu kota, Ouagadougou, lapor kantor berita pemerintah Rusia Tass seperti dilansir BBC Kamis (28/12/2022).
Kremlin belum menyebutkan siapa yang akan memimpin kantor misi diplomatiknya tersebut.
Dubes Rusia untuk Pantai Gading Alexei Saltykov mengatakan dia sementara akan memimpin misi itu sampai Presiden Putin menentukan orangnya, lapor AFP.
Saltykov menggambarkan negara di Afrika Barat itu sebagai “mitra lama yang dengannya kami memiliki ikatan yang kuat dan bersahabat”.
Selama kepemimpinan Presiden Putin, Rusia perlahan tapi pasti menggalang kembali pengaruhnya di Afrika.
Burkina Faso pada bulan Juli menandatangani kesepakatan kerja sama pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Saat ini kurang dari seperempat populasi negara itu yang sudah menikmati listrik.
Bulan November, Rusia mengirimkan satu tim dokter untuk membantu Burkina Faso mengatasi wabah demam dengue dan chikungunya.
Menteri Pertahanan Burkina Faso Kolonel Kassoum Coulibaly melakukan pembicaraan dengan sejawat Rusianya Sergei Shoigu di Moskow bulan lalu.
Coulibaly mengatakan pembicaraan itu sudah mencapai “tahap pelaksanaan” sementara tentara Burkina Faso berusaha meningkatkan kapabilitasnya.
Bersama dengan Mali dan Niger, Burkina Faso menghadapi kelompok-kelompok kriminal bersenjata dan milisi Muslim.
Junta militer di Mali memanggil tentara bayaran asal Rusia Wagner Group untuk membantu tentaranya menghadapi kelompok-kelompok bersenjata, dan pada saat yang sama mengusir pasukan Prancis.
Junta militer Burkina Faso membantah tuduhan yang diutarakan tahun lalu oleh Presiden Ghana Nana Akufo-Addo, bahwa pihaknya juga mendatangkan tentara bayaran Wagner.*